TopCareerID

Pandemi Hambat Keterampilan Komunikasi & Adaptasi

Ilustrasi skill nomor 1 yang dibutuhkan di berbagai industri, yakni keterampilan komunikasi.

Ilustrasi skill nomor 1 yang dibutuhkan di berbagai industri, yakni keterampilan komunikasi. (Sumber foto: Udemy.com)

TopCareer.id – Pandemi Covid-19 yang terjadi selama sekitar tiga tahun, dinilai berdampak pada terhambatnya beberapa keterampilan yang dibutuhkan seseorang saat ini, termasuk para kandidat pelamar kerja.

Wulan Ranny, Human Capital Strategic Consultant and Advisor mengatakan, ada beberapa keterampilan yang bisa menjadi kelemahan dan hambatan bagi kandidat saat membahas perekrutan.

Keterampilan terhambat pertama adalah komunikasi. Ranny mengungkapkan, banyak mereka yang lulus sekolah di masa pandemi, terbiasa bertemu orang lain lewat layar monitor.

“Begitu bertemu orang sungguhan, ada beberapa gap yang kemudian muncul dari sisi komunikasi,” kata Ranny dalam konferensi pers rebranding EF Adults menjadi EF EFEKTA English for Adults di Jakarta, Selasa (23/7/2024).

Baca Juga: 5 Tanda Lowongan Kerja Abal-Abal

Beberapa kesulitan yang ditemui seperti kemampuan memahami lawan bicara dengan baik, tidak berani kontak mata secara langsung, hingga pemilihan kata-kata yang sering salah.

Keterampilan komunikasi yang efektif padahal sangat penting, karena kelemahan ini dapat menghambat kolaborasi, pelaksanaan proyek, dan interaksi dengan klien.

Kelemahan lain adalah adaptasi dengan lingkungan sekitar, karena kurangnya sosialisasi selama pandemi. “Ini membuat mereka kesulitan bagaimana menempatkan diri,” kata Ranny.

Baca Juga: Tips Jawab “Kenapa Melamar Posisi Ini?” Dan Contohnya

Ranny juga menyebut masalah terkait soft skills banyak menghambat seorang kandidat, yang juga berpengaruh pada tanggung jawab pekerjaan, serta kurangnya specific knowledge atau skills terhadap industri yang akan ditekuni.

“Jadi ini juga menjadi hambatan kalau mereka tidak mampu untuk menguasai,” kata Ranny.

Adaptasi dengan Budaya Perusahaan yang Berbeda-Beda

Ia menambahkan, masalah lainnya adalah sulit beradaptasi dengan budaya perusahaan yang berbeda-beda. Hambatan ini bahkan jadi yang dominan karena selama pandemi, banyak orang yang “berada di dunianya masing-masing.”

“Tahun ini banyak perusahaan yang mengeluhkan turnover-nya tinggi karena dari sisi pegawainya, mereka tidak mampu beradaptasi dengan pekerjaannya,” kata Ranny.

Padahal, adaptabilitas dibutuhkan karena perusahaan mencari kandidat yang bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Tidak fleksibelnya seseorang atau penolakan terhadap perubahan, bisa menjadi kekurangan.

Baca Juga: Hindari Bilang 3 Hal Ini Saat Wawancara Kerja

Kalah dengan Negara Lain

Menurut Ranny, pemerintah Indonesia juga sudah menyatakan mau bersaing secara global. “Tapi ternyata menjadi kendala karena salah satu faktornya adalah, begitu ditantang mau jadi global workforce, kita kalah dengan negara-negara lain,” ungkap Ranny.

Menurutnya, banyak masyarakat yang gagal dalam berkomunikasi ketika diminta memahami dunia kerja dan kebutuhan global.

Namun menurut Ranny, kesadaran akan kebutuhan untuk belajar saat ini telah meningkat signifikan, baik dari sisi pengembangan individu maupun perusahaan. Banyak talenta yang menyadari pentingnya investasi dalam pengembangan diri mereka untuk masa depan, dan bersedia mengeluarkan biaya sendiri.

Sementara dari sisi perusahaan, banyak yang melihat pengembangan talenta sebagai investasi jangka panjang untuk retensi karyawan dan pertumbuhan bisnis, sehingga mereka membuka kesempatan bagi pekerjanya untuk mengikuti training dengan perusahaan.

Exit mobile version