TopCareerID

Abdul Muis, Sang Pahlawan Nasional Pertama Indonesia

Pahlawan Nasional Abdul Muis (https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/)

TopCareer.id – Abdoel Moeis atau sering ditulis Abdul Muis, seorang sastrawan dan wartawan asal Agam, Sumatra Barat, merupakan Pahlawan Nasional pertama Indonesia.

Gelar Pahlawan Nasional untuk Abdul Muis diberikan oleh Presiden pertama Soekarno pada 30 Agustus 1959.

Abdoel lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 3 Juli 1886. Ayahnya berasal dari Minangkabau dan merupakan tokoh yang berpengaruh di masyarakat, sementara sang ibu berasal dari Jawa dan terkenal punya keahlian pencak silat.

Mengutip ensiklopedia.kemdikbud.go.id, ia menempuh pendidikan di Europees Lagere School, lulus dari Kleinambtenaarsexamen (Amtenar Kecil), dan tiga tahun di Stovia (sekolah dokter) Jakarta. Dia keluar dari Stovia sebelum tamat karena sakit.

Baca Juga: Logo HUT ke-79 RI Diluncurkan, Ini Makna dan Filosofinya

Abdoel Moeis lalu magang di Departemen van Onderwijs en Eredienst. Karena pandai berbahasa Belanda, ia diangkat menjadi kierk di sana pada 1903. Dikutip dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, beberapa orang Belanda menilai kemampuannya berbahasa Belanda melebihi rata-rata orang Belanda.

Saat itu, belum ada orang pribumi yang menjadi klerk, membuat Abdoel sebagai pribumi pertama yang menjabat posisi itu. Namun, dia keluar tahun 1905. Banyak pegawai Belanda yang tidak suka Abdul Muis memperlihatkan sifat patriotiknya.

Abdoel Moeis sempat menekuni berbagai macam pekerjaan baik di bidang sastra, jurnalistik, serta politik. Tahun 1905, dia diterima sebagai anggota dewan redaksi majalah Bintang Hindia, yang banyak memuat berita politik di Bandung. Namun majalah itu dilarang terbit tahun 1907.

Dia pindah kerja ke Bandungsche Afdeelingsbank sebagai mantri lumbung. Pekerjaan itu ditekuninya selama lima tahun, sebelum ia diberhentikan dengan hormat karena cekcok dengan controleur, pada 1912.

Abdoel lalu diangkat sebagai korektor kepala, usai bekerja tiga bulan di kantor harian De Preanger Bode di Bandung, karena menguasai bahasa Belanda.

Keluar dari De Prianger Bode tahun 1913, Abdoel masuk Serikat Islam (SI). Bersama mendiang A.H. Wignyadisastra, Ia dipercaya memimpin Kaum Muda, salah satu surat kabar milik SI yang terbit di Bandung. Di sana, dia banyak menulis dengan inisial A.M.

Di organisasi ini, Abdoel lebih giat menyuarakan otonomi bagi Hindia Belanda. Atas inisiatif Dokter Cipto Mangunkusumo, Abdoel bersama Wignyadisastra dan Suwardi Suryaningrat membentuk Komite Bumi Putra.

Ini menjadi perlawanan terhadap maksud Belanda mengadakan perayaan besar-besaran seratus tahun kemerdekaannya, serta untuk mendesak Ratu Belanda agar memberikan kebebasan bagi warga Hindia Belanda dalam berpolitik dan bernegara.

Di 1917, Abdoel berkunjung ke Belanda sebagai anggota delegasi Comite Indie Weerbaar. Namun saat pulang, surat kabar Kaum Muda diberedel.

Berkat usaha Datuk Tumenggung di Jakarta, SI lalu dapat menerbitkan harian Neratja, di mana Abdoel Moeis diangkat sebagai pimpinannya.

Pada tahun 1918, Abdoel Moeis menjadi anggota dewan Volksraad. Karena terjadi pertentangan dalam tubuh Serikat Islam, ia meninggalkan Jakarta dan kembali ke Sumatra Barat pada 1923.

Di Sumbar, Abdul Muis memimpin harian Utusan Melaju dan harian Perobahan yang gigih melawan Belanda. Namun usai peristiwa tahun 1926/1927, saat dia melawan politik pajak tanah dan perpanjangan waktu erfpacht, ditambah aksinya dalam gerakan adat, Abdoel Moeis tidak lagi bebas berpolitik.

Abdoel lalu “ditahan” dan tak boleh meninggalkan Pulau Jawa. Dirinya tak lagi menonjolkan diri di Serikat Islam. Sejak itu, ia menulis novel dan menyadur sastra asing hingga akhir hayatnya.

Novelnya yang terkenal adalah Salah Asuhan, yang mendapat perhatian dari berbagai kalangan termasuk para kritikus terkemuka saat itu.

Abdoel Moeis dalam novelnya itu tidak lagi mempermasalahkan adat kolot yang sering sudah tidak sejalan lagi dengan kemajuan zaman, melainkan hendak mempertanyakan kawin campur antarbangsa.

Sementara untuk saduran, Abdoel Moeis menerjemahkan Tom Sawyer karya Mark Twain ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Tom Sawyer Anak Amerika, serta Don Kisot karya Cervantes ke dalam bahasa Indonesia.

Berikut beberapa novel yang ditulis dan diterjemahkan oleh Abdoel Moeis:

Abdoel Moeis meninggal dunia di Bandung pada 17 Juni 1959. Dia dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia No. 2183/59 tanggal 30 Agustus 1959.

Exit mobile version