TopCareer.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan terdapat pergeseran pola pengeluaran pada kelas menengah dalam 10 tahun terakhir, dengan peningkatan untuk hiburan, pajak, hingga pesta.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, di 2014, 45,53 persen pengeluaran masyarakat kelompok ini ditujukan untuk makanan dan minuman.
“Tapi kemudian saat ini kelas menengah hanya mengeluarkan untuk makanan dan minuman sebesar 41,67 persen,” kata dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, Rabu (28/8/2024).
Sementara, pengeluaran untuk perumahan di 10 tahun lalu mencapai lebih dari 32, saat ini hanya 28,52 persen.
Baca Juga: BPS: Kelas Menengah RI Anjlok Usai Pandemi
“Tetapi ada tambahan pengeluaran dari kelas menengah seperti untuk keperluan barang/jasa lainnya, untuk keperluan pesta naik dari 0,75 sampai 3,81 persen,” kata Amalia.
“Juga untuk hiburan yang tadinya tipis sekali ini sudah mulai menebal menjadi 0,38 persen,” ungkapnya lebih lanjut.
Dalam pemaparannya, selain hiburan, barang atau jasa lain, dan keperluan pesta, kelompok pengeluaran lain yang mengalami peningkatan adalah kendaraan, barang tahan lama, pajak atau iuran, hingga pakaian.
Sementara, kelompok pengeluaran yang tercatat mengalami penurunan adalah pendidikan, kesehatan, perumahan, dan makanan.
“Secara umum memang prioritas pengeluaran kelas menengah adalah makanan, perumahan, dan barang/jasa lainnya,” kata Amalia.
Sebelumnya, di kesempatan yang sama, BPS menyebut jumlah kelas menengah di Indonesia menurun dalam lima tahun terakhir.
Sebelum Covid-19, jumlah penduduk yang masuk kelompok tersebut berjumlah 57,33 juta orang atau 21,45 persen dari total penduduk Indonesia.
Sementara, mereka yang masuk “Menuju Kelas Menengah” di 2019 berjumlah 128,85 juta atau 48,20 persen dari total penduduk.
Dibandingkan 2024, jumlah mereka yang masuk masyarakat menengah turun sampai 47,85 juta atau sekitar 17,13 persen dari total penduduk.
Angka ini berbanding terbalik dengan jumlah dan persentase penduduk “menuju kelas menengah” (aspiring middle class), yang meningkat di 2024 menjadi 137,50 juta, atau 49,22 persen dari total penduduk.
“Bahwa memang kami mengidentifikasi masih ada scarring effect dari pandemi terhadap ketahanan terhadap kelas menengah,” kata Amalia.