Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tuesday, September 17, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Tingkat Pengangguran Terbanyak Lulusan SMA & Pendidikan Tinggi

ILO prediksi lebih dari 200 juta pengangguran 2022 efek dari pandemiIlustrasi pengangguran

TopCareer.id – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia berasal dari kelompok lulusan SMA, diikuti tamatan pendidikan tinggi.

Dalam Persiapan Keberangkatan penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) angkatan 240 beberapa waktu lalu, Ida menyebut angka pengangguran dari lulusan pendidikan tinggi, berada di peringkat dua setelah tamatan SMA/SMK.

“Meskipun jumlah TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) terus menurun dibandingkan saat pandemi, akan tetapi data menunjukkan TPT untuk yang berpendidikan tinggi masih berada di peringkat kedua setelah lulusan SMA dan SMK, dengan jumlah total sekitar 1 juta,” kata Ida, seperti dikutip dari YouTube LPDP RI, Sabtu (31/8/2024).

Baca Juga: Gen Z Susah Dapat Kerja, DPR Minta Atensi Pemerintah

Dalam pemaparannya, dijelaskan bahwa tingkat pengangguran terbuka pada lulusan Diploma dan Universitas di perkotaan lebih tinggi dibanding di pedesaan, dengan angka 6,08 persen dibandingkan 4,80 persen.

Ida pun mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2024, yang melaporkan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 4,8 persen, yang menurut Menaker terendah sejak reformasi. “Meskipun saya katakan masih tinggi, sekitar tujuh juta, tapi ini adalah capaian kita,” ujarnya.

Namun, Menaker juga membandingkan angka itu dengan data sebelumnya, yang mencatat bahwa 55 persen pekerja di Indonesia memiliki tingkat pendidikan SMP.

Baca Juga: Menaker: 55 Persen Penduduk Bekerja di Indonesia Lulusan SMP

“Ternyata yang menganggur itu adalah mereka yang tingkat pendidikannya lebih baik, SMA dan SMK itu 17-an persen, kemudian yang kedua adalah Diploma dan Perguruan Tinggi, jumlahnya satu juta orang,” imbuhnya.

“Ironi memang,” kata Ida. “SMK itu termasuk paling tinggi, mereka yang punya kesempatan mendapatkan pendidikan vokasi, kemudian naik kemudian Diploma, itu menyumbangkan pengangguran.”

Menurut Ida, salah satu penyebab dari masalah ini adalah ketidakcocokan antara output pendidikan vokasi dengan kebutuhan pasar kerja.

Leave a Reply