TopCareerID

Kerja Keras Otak Bantu Turunkan Risiko Gangguan Ingatan

Ilustrasi otak kanan. (Pexels)

TopCareer.id – Semakin keras otak bekerja ketika berada di tempat kerja, semakin kecil risiko seseorang mengalami masalah ingatan di kemudian hari. Temuan ini diungkap dalam sebuah studi yang dimuat di jurnal Neurology pada April 2024 lalu.

Studi memang tidak membuktikan bahwa pekerjaan yang menstimulasi otak di tempat kerja bisa mencegah gangguan kognitif ringan, namun mencatat adanya keterkaitan.

Penulis studi Trine Hold Edwin dari Oslo University Hospital di Norwegia menyebut, mereka meneliti tuntutan kerja dari berbagai profesi dan melihat stimulasi kognitif di tempat kerja, terkait dengan menurunnya risiko gangguan kognitif ringan setelah usia 70 tahun.

“Temuan kami menyoroti pentingnya memiliki pekerjaan yang membutuhkan pemikiran yang lebih kompleks sebagai cara untuk mempertahankan ingatan dan berpikir di usia tua,” kata Edwin, seperti dikutip dari EurekAlert, Jumat (13/9/2024).

Studi ini mengamati 7.000 orang dan 305 pekerjaan di Norwegia. Para peneliti mengukur tingkat stimulasi kognitif yang dialami peserta saat bekerja. Mereka juga mengukur berbagai tingkat pekerjaan yang terdiri dari: manual rutin, kognitif rutin, analitis nonrutin, dan interpersonal nonrutin.

Baca Juga: Sering Terjadi, 6 Kesalahan Pencari Kerja Ini Bikin Seret Panggilan

Tugas-tugas yang manual rutin menuntut kecepatan, kontrol atas peralatan, dan seringkali melibatkan gerakan berulang, di mana ini menjadi ciri khas pekerjaan pabrik.

Pekerjaan kognitif rutin sementara itu menuntut ketepatan dan keakuratan dalam tugas berulang, seperti pembukuan dan pengarsipan.

Kemudian, terdapat tugas-tugas analitis nonrutin yang merujuk pada aktivitas yang melibatkan analisis informasi, terlibat dalam pemikiran kreatif, dan menafsirkan informasi untuk orang lain.

Tugas interpersonal nonrutin merujuk pada membangun dan memelihara hubungan pribadi, memotivasi orang lain, dan melatih. Sementara, pekerjaan kognitif nonrutin meliputi hubungan masyarakat dan pemrograman komputer.

Peneliti lalu membagi peserta menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat stimulasi kognitif yang mereka alami dalam pekerjaan mereka.

Baca Juga: Hubungan Kerja Fleksibel Cocok Buat Pekerja Muda

Pekerjaan yang paling banyak untuk kelompok dengan tuntutan kognitif tertinggi adalah pengajar. Sementara pekerjaan yang paling umum dengan tuntutan kognitif terendah adalah pengantar surat dan petugas kebersihan.

Setelah usia 70 tahun, peserta menyelesaikan tes memori dan berpikir untuk menilai apakah mereka memiliki gangguan kognitif ringan.

Mereka yang memiliki tugas dengan tuntutan kognitif terendah, 42 persen didiagnosis dengan gangguan kognitif ringan. Dari mereka yang memiliki tuntutan kognitif tertinggi, 27 persen didiagnosis gangguan kognitif ringan.

Setelah dilakukan penyesuaian dengan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan gaya hidup, kelompok dengan tuntutan kognitif terendah di tempat kerja berisiko gangguan kognitif ringan 66 persen lebih tinggi, dibanding kelompok dengan tuntutan kognitif tertinggi.

“Hasil ini menunjukkan bahwa baik pendidikan maupun melakukan pekerjaan yang menantang otak Anda selama karier Anda memainkan peran penting dalam menurunkan risiko gangguan kognitif di kemudian hari,” kata Edwin.

Baca Juga: Kerja Berlebihan? Ini 6 Tips Atasi ‘Burnout

Edwin pun mengatakan, dibutuhkan studi lebih lanjut untuk menentukan lebih spesifik tuntutan kerja yang paling menantang secara spesifik, yang paling bermanfaat untuk keterampilan berpikir dan daya ingat.

Namun, para peneliti mencatat tuntutan kognitif juga bervariasi pada setiap individu. Bahkan, orang yang bekerja di bidang yang sama mungkin memiliki tuntutan kognitif yang berbeda.

Mengutip New York Post, sebuah studi yang dipublikasikan di 2016 di konferensi Alzheimer’s Association mengungkapkan, beberapa pekerjaan yang membantu menjaga fungsi otak adalah manajer, guru, pengacara, pekerja sosial, insinyur, fisikawan, dokter, dokter gigi, dan apoteker.

Exit mobile version