Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Thursday, November 21, 2024
idtopcareer@gmail.com
Lifestyle

Waspada! Bakteri Kebal Antibiotik Bikin Orang Sakit Lebih Sulit Diobati

Ilustrasi bakteri kebal antibiotik. (Gambar oleh Arek Socha dari Pixabay)

TopCareer.id – Konsumsi antibiotik yang sembarangan dan tidak bijak menyebabkan munculnya bakteri yang kebal terhadap antibiotik.

Masalah yang disebut resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) ini berbahaya, karena dapat mempersulit pengobatan dan perawatan pasien.

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Azhar Jaya mengatakan, dalam laporan rumah sakit yang mereka terima, penanganan pasien dengan infeksi resistensi antimikroba membutuhkan upaya lebih besar.

Sebab, kata Azhar seperti dikutip dari laman Sehat Negeriku milik Kemenkes, Senin (23/9/2024), bakteri yang kebal terhadap antibiotik mempengaruhi perawatan pasien.

Baca Juga: Bijak Konsumsi Antibiotik Cegah Resistensi Antimikroba

Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor yang membuat pasien jadi lebih sulit dirawat akibat infeksi bakteri kebal antibiotik.

“Yang pertama adalah pilihan obat terbatas. Obat yang efektif untuk pasien AMR mungkin tidak tersedia atau mahal dan patogen bisa menjadi resisten terhadap antibiotik yang ada,” kata Azhar.

Selain itu, penegakan diagnosis akan menjadi lebih lambat.

“Dibutuhkan pemeriksaan kultur dan uji kepekaan dalam menegakkan diagnosis pasien infeksi lama, di mana untuk pemeriksaan tersebut memerlukan waktu sehingga, memperlambat perawatan yang tepat,” ia menambahkan.

“Kemudian, dibutuhkan komitmen pimpinan rumah sakit untuk optimalisasi fungsi laboratorium,” lanjut Azhar.

Baca Juga: Disebut Sebagai Silent Pandemic, Ini Bahaya Nyata Resistensi Antibiotik

Faktor ketiga terkait dengan efek samping. Pengobatan resistensi antimikroba sering kali memerlukan antibiotik dengan efek samping yang berat atau risiko toksisitas.

Faktor lain adalah penyebaran infeksi AMR. Azhar menjelaskan, infeksi resistensi antimikroba dapat menyebar cepat, terutama di lingkungan rumah sakit, yang membutuhkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang ketat.

Faktor lain adalah tingginya biaya. “Karena perawatan AMR membutuhkan waktu yang lama (Length of Stay/Los memanjang) sehingga pengobatan AMR menjadi sangat mahal, produktivitas pasien dan keluarga penunggu menurun, serta membebani pasien dan jaminan kesehatan.”

Dua Jenis Bakteri yang Sudah Kebal Antibiotik di Indonesia

Azhar juga menyebut, data kejadian AMR sudah dilaporkan oleh rumah sakit sentinel di Indonesia. Data ini juga mengungkapkan dua jenis bakteri yang sudah kebal terhadap antibiotik.

“Data AMR di Indonesia secara khusus didapatkan dari data yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, di mana hasil pengukuran Extended-spectrum Beta-Lactamase (ESBL) tahun 2022 pada 20 rumah sakit sentinel site sebesar 68 persen,” kata Azhar.

“Kemudian, di tahun 2023 pada 24 rumah sakit sentinel site sebesar 70,75 persen dari target ESBL tahun 2024 sebesar 52 persen. Angka ini menunjukan, adanya peningkatan resistensi antimikroba pada bakteri jenis Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae,” Azhar menambahkan.

Azhar mengatakan, dua bakteri tersebut bisa menyebabkan kematian dan menyerang seluruh sistem organ dalam tubuh manusia.

“Agar data ini dapat mewakili Indonesia, maka untuk pengukuran ESBL, pada akhir tahun 2024 akan dilakukan pengukuran pada 56 rumah sakit sentinel yang tersebar di wilayah Indonesia barat, tengah dan timur serta meliputi rumah sakit milik pemerintah, pemerintah daerah dan swasta,” katanya.

Data WHO Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) yang diperbarui pada 2022 menyebutkan, resistensi antimikroba pada Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae di Indonesia terdeteksi lewat pemeriksaan spesimen darah dan urine pasien terinfeksi AMR.

Leave a Reply