TopCareerID

Pekerja Keras Tak Sama dengan Workaholic, Apa Bedanya?

Ilustrasi tips mencantumkan riwayat pekerjaan sementara di resume - work.

Ilustrasi pekerja mempelajari hal baru. (Pexels)

TopCareer.id – Tidak semua orang dapat dengan mudah meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Ada beberapa orang yang sering disebut pekerja keras, namun ada juga yang workaholic atau gila kerja.

Meski sering disamakan, namun sebenarnya seorang pekerja keras atau hard worker, belum tentu seseorang yang gila kerja atau workaholic.

Mengutip laman cbi.org.uk, Senin (30/9/2024), kedua sifat ini memiliki perbedaan dalam memahami beda sibuk dan produktif.

Seorang workaholic bekerja keras karena mereka merasa perlu sibuk terus menerus. Mereka merasa bersalah atau tidak aman, apabila terus-terusan tidak bekerja, bahkan mengkhawatirkan pekerjaannya.

Baca Juga: 10 Tips Tetap Sehat Walau Kerja 8 Jam di Kantor

Sebaliknya, seorang pekerja keras paham nilai yang mereka wakili bagi organisasinya, serta merasa aman dalam peran dan pencapaiannya.

Seorang hard worker juga menghargai bahwa mencapai tujuan lebih penting daripada kesibukan. Mereka juga senang saat berhenti bekerja dan merayakan keberhasilan, sebelum beralih ke tantangan berikutnya.

Perbedaan antara keduanya yang lain adalah mengenai bagaimana menetapkan batasan, serta mengetahui seberapa jauh ini dapat dilewati.

Orang yang gila kerja secara otomatis memprioritaskan pekerjaan mereka daripada kehidupan pribadinya.

Mereka tak mampu untuk beristirahat setelah bekerja, hingga secara teratur memeriksa email sampai larut malam atau saat sedang berlibur.

Orang workaholic juga memiliki kebutuhan untuk menjadi sangat dibutuhkan. Ditambah, ada kecemasan saat mereka tidak dilibatkan dalam sebuah pekerjaan selama beberapa saat.

Baca Juga: 5 Zodiak Paling Workaholic, Gak Kepikiran untuk Me Time!

Di sisi lain, pekerja keras dapat merencanakan pekerjaan mereka dan menetapkan batasan, untuk memungkinkan dirinya mengambil istirahat atau cuti tanpa rasa bersalah.

Saat muncul situasi yang mengharuskannya lembur, pekerja keras dapat merencanakan ulang, mendelegasikan pekerjaannya, atau bersifkap fleksibel, demi memenuhi kebutuhan tertentu.

Bagi orang yang gila kerja, perasaan cemas dapat muncul apabila mereka tidak memeriksa, menghapus email, atau merespon pesan dalam jangka waktu tertentu.

Di sisi lain, hard worker paham cara menggunakan teknologi secara kreatif agar pekerjaannya lebih efisien, sembari memanfaatkan waktu untuk dirinya sendiri.

Seorang pekerja keras akan mencintai apa yang mereka lakukan di tempat kerja, namun tetap dapat menikmati waktu luangnya, serta menempatkan nilai yang setidaknya sama untuk mencapai tujuan pribadi.

Mereka merasa nyaman saat mengesampingkan pekerjaan, karena percaya diri pada dirinya sendiri, anggota tim, dan nilainya bagi organisasi.

Exit mobile version