TopCareerID

Gara-Gara PPN 12 Persen, Beban Gen Z dan Milenial Bakal Makin Berat

Ilustrasi PPN naik 12 persen. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

TopCareer.id – Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN menjadi 12 persen dikhawatirkan akan semakin membebani masyarakat dari Generasi Milenial dan Gen Z.

Ketua Prodi Manajemen Universitas Paramadina Adrian A. Wijanarko mengatakan, saat ini Gen Z dan Milenial sudah mengalami dua tekanan yaitu internal dan eksternal.

Dalam diskusi daring bertajuk PPN 12%: Solusi atau Beban Baru pada Senin (2/12/2024), Adrian menjelaskan bahwa tekanan internal adalah tekanan untuk mandiri secara finansial, kecemasan ekonomi, dan tekanan sosial lainnya.

Sementara tekanan eksternal berasal dari ketidakpastian ekonomi global, persaingan di pasar kerja, tekanan dari sektor keuangan dan perbankan, serta dampak kebijakan pemerintah dan regulasi.

Baca Juga: Banggar DPR: PPN Naik 12 Persen Jangan Lemahkan Daya Beli

“Kalau misalnya kita mau omongin secara mikro itu kan berkaitan sama stres kerja dan sebagainya, itu nanti akan terkait dengan kesehatan mental mereka, yang akan berdampak pada kesiapan untuk Generasi Emas 2045,” kata Adrian.

Adrian menjelaskan, kenaikan PPN biasanya menyebabkan harga dan barang jasa meningkat, karena beban pajak sering dibebankan kepada konsumen.

Dengan kenaikan harga ini akibat PPN 12 persen, Gen Z dan Milenial mungkin akan lebih selektif dalam pengeluaran. Selain itu mereka cenderung mencari alternatif yang lebih murah.

Menurut Adrian, Gen Z dan Milenial yang ingin menabung demi pendidikan, investasi, atau membeli properti, mungkin akan menghadapi tantangan yang lebih besar.

Hal ini karena dengan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, menyulitkan masyarakat dari kelompok tersebut untuk menyisihkan dana tabungan.

Baca Juga: PPN Naik 12 Persen, Wakil Ketua DPR Khawatirkan Efek Domino

Dengan lebih selektifnya dua generasi ini soal pengeluaran, Gen Z dan Milenial akan cenderung mencari alternatif yang lebih murah, seperti produk lokal atau buatan UMKM, serta mengurangi konsumsi barang atau layanan non-esensial.

“Jadi pengeluaran mereka itu hanya sifatnya esensial saja, jadi baik makanan dan lainnya, transportasi dan sebagainya,” kata Adrian. “Walaupun yang sifatnya leisure, hiburan, itu mungkin akan berkurang.”

Di sini, Adrian melihat peluang bagi produk lokal atau UMKM yang lebih murah, untuk lebih didorong agar menjadi pilihan konsumen.

Exit mobile version