TopCareer.id – Kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sering disebut bakal menggantikan peran dan pekerjaan manusia. Namun, riset yang dilakukan tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan AI masih memiliki kelemahan.
Tergantikannya beberapa lapangan kerja oleh mesin dan robot pun membuat munculnya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki pekerja, dengan keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja.
Riset tim Microeconomics Dashboard (Micdash), Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM mencatatkan adanya penggunaan kecerdasan buatan yang semakin meningkat. Teknologi ini pun diperkirakan akan memberi dampak signifikan terhadap lapangan pekerjaan.
AI juga semakin mempermudah pencarian informasi dan pengelolaan sumber daya manusia, serta dapat meningkatkan produktivitas untuk memantau pergerakan pekerja.
Baca Juga: Prediksi Tren Keamanan Siber 2025: AI Bakal Jadi Perhatian
Qisha Quarina, koordinator bidang kajian Micdash menyebutkan 77 persen orang masih khawatir bahwa AI akan menghilangkan pekerjaan dan menggantikan tugas-tugas manusia.
“Kondisi ni tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap proses kerja yang mulai digantikan oleh mesin dan robot,” kata Qisha, seperti dilansir laman resmi UGM, dikutip Kamis (12/12/2024).
Namun, dalam riset bertajuk “Labor and Technology Economics: Apakah Artificial Intelligence akan Sepenuhnya Mensubstitusi Manusia? “ tersebut, peneliti juga menemukan bahwa AI masih memiliki kekurangan.
Menurut peneliti, AI sebenarnya kurang mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk hal-hal yang sifatnya tidak dapat diprediksi, terutama di luar bidang pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sektor pendidikan dan perusahaan pun diimbau memberikan upgrading skills maupun reskilling yang dibutuhkan pekerja, agar dapat bersaing di masa depan dan memastikan mereka tetap relevan di pasar kerja yang semakin berbasis digital.
Peneliti Micdash UGM lainnya, Raniah Salsabila mengatakan, penerapan AI di pasar tenaga kerja tidak bisa dihindari. Teknologi ini, menurutnya, pada dasarnya dirancang untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas.
Baca Juga: Wamen Stella Christie Ungkap Bahaya Ketergantungan ChatGPT pada Pelajar
Sebagai contoh, ChatGPT dapat digunakan untuk mendukung penelitian, penyuntingan naskah, dan membantu dalam pembangkit ide yang lebih efisien.
“Hal ini tentunya menunjukkan AI tidak saja menggantikan manusia, melainkan menggantikan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pekerja untuk membuat pekerjaan lebih efisien,” kata Raniah.
Ia menambahkan pemanfaatan AI dapat dimaksimalkan agar pekerja memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut.
Di masa depan keterampilan yang dibutuhkan tak hanya terbatas pada keterampilan yang berkaitan dengan teknologi.
Dibutuhkan juga kecerdasan manusia seperti analytical thinking and innovation, complex problem-solving, critical thinking and analysis, creativity, originality and initiative, serta reasoning, problem-solving and ideation.
“Keterampilan-keterampilan ini menjadi semakin penting. Kendati mampu menjalankan tugas-tugas tertentu, tetapi AI tidak dapat menggantikan kualitas-kualitas yang terkait dengan kecerdasan manusia,” kata Raniah.