TopCareer.id – Pengusaha perempuan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pendanaan.
Hal ini seperti diungkap dalam whitepaper “Closing the Funding Gap for Women Entrepreneurs in Indonesia” yang diluncurkan Boston Consulting Group (BCG), Stellar Women, dan AC Ventures.
Laporan ini mengupas lebih dalam soal kesenjangan pendanaan yang masih jadi hambatan besar pengusaha perempuan.
Laporan ini menyoroti kesenjangan pendanaan di Indonesia yang mencapai USD 1,7 triliun, serta berbagai kendala yang dihadapi seperti terbatasnya akses ke modal, bias sosial yang masih ada, dan minimnya akses ke mentor.
Meski demikian, menurut laporan tersebut, bisnis yang dipimpin perempuan terbukti mampu memberikan hasil yang lebih baik dan berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi.
“Pemberdayaan perempuan bukanlah sekadar misi. Ini adalah langkah penting untuk masa depan yang lebih cerah dan adil,” kata Samira Shihab, Principal di AC Ventures yang juga Founder Stellar Women, dikutip dari siaran pers, Selasa (24/12/2024).
Baca Juga: Menteri PPPA: Hari Ibu Ingatkan Peran Penting Perempuan Bagi Bangsa
Dalam 2024 Impact Report-nya, pendekatan AC Ventures meningkatkan bisnis yang dipimpin perempuan, dengan 40 persen dari portofolio perusahaannya didirikan bersama oleh perempuan.
AC Ventures juga mengutamakan keberagaman gender di internal perusahaan, dengan setengah dari posisi kepemimpinan senior dipegang oleh perempuan.
Menurut mereka, langkah ini tak hanya berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang perusahaan, tapi juga menegaskan bahwa keberagaman gender adalah penggerak utama bagi kemajuan ekonomi dan sosial.
Selain itu, 40 persen dari lapangan kerja di portofolio perusahaan AC Ventures dikelola oleh perempuan.
“Bisnis yang dipimpin perempuan memiliki potensi luar biasa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan membangun ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan untuk bisnis-bisnis ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan,” kata Lenita Tobing, Managing Director & Partner di BCG.
Survei dalam whitepaper mengungkapkan, ada lima tantangan utama yang dihadapi oleh pengusaha perempuan dalam mengakses pendanaan.
Baca Juga: AI Berisiko Perburuk Diskriminasi Pada Pekerja Perempuan
Tantangan ini termasuk keterbatasan kesempatan untuk berjejaring, kesulitan dalam menyusun pitch deck yang sesuai dengan keinginan investor, dan kurangnya informasi yang disesuaikan mengenai pilihan pendanaan.
Tantangan-tantangan ini semakin diperburuk oleh bias gender dan ketidaksesuaian antara model bisnis yang dipimpin perempuan dengan kriteria investor.
Untuk mengatasinya, analisis tersebut mengidentifikasi tiga pilar utama. Pertama, pemerintah dan organisasi harus menyediakan platform mentoring dan pengetahuan yang disesuaikan untuk pengusaha perempuan.
Kedua, pengusaha perempuan perlu aktif terlibat dalam pengembangan diri untuk menghadapi tantangan pendanaan dan bisnis. Ketiga, mereka juga harus proaktif mencari opsi pendanaan yang sesuai dengan model bisnis.
“Keberagaman gender bukan hanya sebuah nilai. Ini adalah katalisator untuk kemajuan ekonomi dan sosial,” ujar Samira Shihab.