TopCareerID

Komunitas TGR Tak Ingin Eksistensi Permainan Tradisional Lenyap

Aghina Wahdini pendiri komunitas Traditional Games Returns (TGR). (Dok: Meta)

TopCareer.id – Aghina Wahdini atau biasa disapa Nina, tak ingin eksistensi permainan tradisional memudar oleh waktu. Inilah yang memotivasinya untuk membangun komunitas Traditional Games Returns (TGR) di Indonesia delapan tahun lalu.

Komunitas ini berfokus pada hak bermain anak melalui berbagai permainan tradisional, sembari melestarikan warisan budaya tersebut.

Nina pun memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram, WhatsApp, dan Facebook untuk mempopulerkan komunitas TGR, melalui akun @tgrcampaign.

Lewat kampanye “Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar” Nina pun mengajak anak-anak Indonesia lebih aktif dan terlepas dari adiksi gawai.

“Saya melihat permainan tradisional bukan sekadar hiburan, tapi juga alat membangun interaksi sosial, kreativitas, dan aktivitas fisik,” kata Nina, melalui siaran pers.

Dengan sosialisasi lewat media sosial, komunitas ini berupaya membangun kesadaran publik akan pentingnya peran permainan tradisional bagi tumbuh kembang anak.

Baca Juga: Pakai Instagram, Kisah Setara Edukasi Pentingnya Pendidikan Anak Disabilitas

“Kami juga ingin anak-anak Indonesia merasakan kebahagiaan yang nyata saat bermain di luar, seperti yang kami alami dulu,” imbuhnya, ditulis Sabtu (28/12/2024).

Adapun, sejumlah program yang dimiliki oleh komunitas TGR antara lain seperti TGR Campaign yang berupa pameran dan aktivitas bermain bersama.

Selain itu, anggota TGR juga rutin berkunjung ke ruang publik maupun sekolah untuk memperkenalkan permainan tradisional secara langsung kepada masyarakat lewat TGR Jalan-Jalan.

Di luar itu, terdapat program lainnya yaitu TGR Goes to School, TGR Care, hingga TGR Workshop.

Di media sosial, TGR menggunakan Instagram untuk membagikan cerita tentang aneka permainan tradisional kepada publik.

Melalui akunnya, komunitas ini membagikan informasi edukatif yang menggambarkan cara bermain permainan tradisional, sejarah, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya dengan foto dan video interaktif.

Nina mengatakan, Instagram membantu mereka menjangkau generasi muda dengan cara yang kreatif dan menarik.

“Kami bisa membagikan cerita tentang permainan tradisional dan berbagai aktivitas komunitas dengan lebih mudah,” kata Nina.

Selain itu, media sosial milik Meta itu juga digunakan untuk merekrut relawan baru yang ingin bergabung dengan komunitas TGR.

Baca Juga: Dorong Minat Pembeli di Musim Belanja, Meta Bagikan Saran Ini Buat Bisnis

Menggunakan WhatsApp, komunitasnya menjaga koordinasi yang solid antar anggota dan relawan, mulai dari perencanaan kegiatan, pembagian tugas, hingga evaluasi kegiatan.

WhatsApp juga menjadi platform utama TGR untuk memastikan informasi terdistribusi dengan cepat dan akurat, sehingga tiap anggota merasa terlibat dan terhubung satu sama lain.

TGR juga memanfaatkan platform Facebook untuk terhubung dengan pergerakan yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan mereka.

Dia percaya, kolaborasi akan membuka lebih banyak peluang bagi TGR dalam memperluas jangkauan, dampak, dan inklusivitas program.

Tak cuma memastikan permainan tradisional tetap hidup dan relevan, komunitas ini juga melakukan inovasi, seperti menciptakan desain permainan tradisional yang lebih modern dan menarik.

“Harapannya, permainan tradisional tidak hanya dikenal, tetapi juga benar-benar dimainkan dan dicintai oleh anak-anak,” pungkas Nina.

Exit mobile version