TopCareerID

3 Hal yang Diinginkan Gen Z dari Tempat Kerja di 2025

Ilustrasi pekerja Gen Z. (Irsyad Fajri/TopCareer.id/Permata Indonesia)

TopCareer.id – Di 2025, Gen Z akan semakin mendominasi tempat kerja. Meski begitu, karakteristik kelompok ini seringkali menimbulkan perdebatan di generasi-generasi sebelumnya, terutama terkait profesionalitas.

Namun di sisi lain, Gen Z juga dikenal tidak takut untuk memperjuangkan apa yang mereka inginkan, dan tak jarang, dapat mengubah lingkungan kerja ke arah yang lebih baik.

Megan Ackerson, CHRO di Xactly mengatakan, karyawan generasi ini membentuk kembali tempat kerja dengan cara yang mendalam, memperkenalkan perspektif dan nilai-nilai baru yang secara signifikan berpengaruh pada operasi perusahaan dan keterlibatan pekerja.

Baca Juga: Begini Cara Menangani dan Berkomunikasi dengan Gen Z

“Sebagai pendatang baru di dunia kerja, ide dan harapan mereka mengharuskan para pemimpin bisnis untuk menata kembali praktik lama, bagaimana kita meningkatkan budaya tempat kerja, dan bagaimana kita mendefinisikan produktivitas,” kata Ackerson, seperti dilansir Forbes.

Untuk itu, Ackerson pun mengungkapkan ada tiga prioritas yang diinginkan Gen Z ke dalam tempat kerja mereka.

Bahasa korporat yang tradisional dan bertele-tele tidak membuat Gen Z terkesan. Hal ini, kata Ackerson, bukan tanpa alasan.

“Dalam waktu singkat, Gen Z telah mengalami pandemi, krisis keuangan, kerusuhan geo dan politik, kehilangan pekerjaan, tingkat perceraian orang tua yang lebih tinggi, dan banyak lagi,” ujarnya, dikutip Selasa (7/1/2025).

Ditambah dengan akses yang cepat ke informasi, kelompok ini menuntut transparansi serta komunikasi yang cepat dan jujur dari para pimpinannya.

Selain itu, Gen Z juga ingin suaranya dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, bukan hanya diberi perintah. Transparansi pun sangat penting bagi mereka, karena ini selaras dengan nilai-nilai keaslian, akuntabilitas, kesadaran sosial, dan keadilan.

Baca Juga: Biar Karier Makin Moncer, 3 Soft Skill Ini Wajib Dimiliki di 2025

Dengan akses yang luas terhadap informasi, kelompok ini mampu mendeteksi ketidakakuratan dengan cepat dan mengharapkan keterusterangan dari perusahaan.

Bagi organisasi, ini adalah pertanda untuk mengadopsi cara komunikasi yang lebih terbuka, baik secara internal maupun eksternal.

“Seiring perusahaan beradaptasi ke pendekatan yang transparan, mereka tidak hanya akan memperkuat reputasi perusahaan, tapi juga membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna dengan generasi ini,” kata Ackerson.

Karyawan saat ini pun juga ingin bekerja di perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai mereka. “Mereka ingin nilai-nilai perusahaan dijalankan dengan integritas dan etika tinggi,” ujar Ackerson.

Hal ini pun bisa dicapai melalui pelatihan, diskusi terbuka, serta penanaman budaya kerja yang jelas dan diapresiasi setiap hari.

Generasi Z menempatkan kesehatan mental dan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan sebagai prioritas tinggi.

Menurut Ackerson, generasi ini sangat vokal dalam mengadvokasi kesejahteraan dirinya sendiri, serta berharap pemberi kerja untuk mendukung kesejahteraan mental dan fisiknya.

“Dukungan ini mendorong banyak organisasi untuk menata ulang program kesejahteraan yang komprehensif dan pengaturan kerja yang fleksibel,” kata Ackerson.

Ia pun percaya, para pimpinan bisnis harus memprioritaskan penanganan kesehatan mental bukan hanya sebagai etika yang baik, tapi juga untuk meningkatkan kolaborasi dan produktivitas pada tenaga kerjanya.

“Dengan mempromosikan integrasi kehidupan kerja yang sehat, kita dapat mengurangi tingkat kelelahan dan melibatkan pekerja yang lebih termotivasi dalam suasana mendukung,” imbuhnya.

Ackerson melihat bahwa Gen Z akan mengambil peran utama dalam integrasi adopsi teknologi di tempat kerja.

“Gen Z pada akhirnya akan mendorong transformasi melalui adopsi digital di seluruh tempat kerja dan industri, menemukan lebih banyak peluang bagi perusahaan dan industri untuk berkolaborasi dan meningkatkan produk dan layanan,” ujarnya.

Tumbuh di era digital membuat kelompok ini menjadi generasi pertama yang melihat internat dan teknologi digital, sebagai aspek integral dalam kehidupan mereka.

Penggunaan alat dan platform digital dalam keseharian pun menetapkan standar baru, untuk kemahiran, efisiensi, serta komunikasi di tempat kerja.

Pimpinan pun bebas untuk merangkul teknologi baru yang masuk akal dalam bisnisnya. Tidak ada salahnya untuk mendapatkan beberapa wawasan dari anggota tim Gen Z selama prosesnya.

Lebih lanjut, Ackerson melihat secara umum Gen Z tidak akan terlalu terikat untuk bertahan dengan pekerjaan, perusahaan, atau kepemimpinan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai dan kebutuhan mereka, untuk work-life balance.

“Bagi para pemimpin saat ini, kita bisa memilih untuk proaktif dalam membayangkan kembali cara membentuk masa depan bersama mereka, atau terburu-buru mengejar ketika perubahan besar sudah terjadi,” pungkasnya.

Exit mobile version