Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Edukasi

Menakar Sisi Positif dan Negatif Penjurusan Siswa di SMA

Ilustrasi perpustakaan dan sekolah. (Pexels/Element5 Digital)

TopCareer.id – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berencana menghidupkan kembali penjurusan di jenjang SMA pada tahun ajaran 2025/2026.

Sisi positif dan negatif dari penjurusan di jenjang SMA ini pun menjadi sorotan, terutama dari beberapa pakar pendidikan.

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyambut baik rencana penjurusan di SMA ini. Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi mengatakan, penjurusan penting agar siswa dapat mendalami bidang ilmu sesuai minat dan potensi mereka.

Hanifah mengatakan, jika siswa tidak memahami dasar ilmu dengan baik, maka sulit bagi mereka memilih peminatan secara tepat.

“Penjurusan membantu mereka menjadi ahli di bidang yang sesuai dengan minatnya,” kata Hanifah, dilansir InfoPublik, dikutip Selasa (15/4/2025).

Sementara, Ki Darmaningtyas, aktivis pendidikan dari Tamansiswa, ada beberapa sisi positif dari sistem penjurusan, salah satunya adalah kemudahan bagi siswa untuk memilih sesuai kemampuan dan minatnya.

Baca Juga: Minat Belajar Sains pada Generasi Muda Dinilai Menurun, Kenapa?

Menurut Darmaningtyas, pemilihan ini akan sangat membantu siswa dalam menentukan jurusan kuliah yang sesuai cita-citanya.

“Siswa yang ingin melanjutkan ke bidang teknik atau kedokteran akan lebih fokus pada mata pelajaran fisika dan biologi. Begitu juga dengan siswa yang berencana masuk ke jurusan sastra, mereka akan lebih siap dengan penguasaan bahasa,” ujarnya.

Dari sisi tata kelola sekolah, penjurusan juga dinilai akan lebih memudahkan untuk mengatur jadwal pelajaran, karena kebutuhan guru untuk masing-masing mata pelajaran sudah jelas.

Darmaningtyas menyebut, ini memungkinkan prediksi kekurangan guru di bidang tertentu, serta mempermudah pemerintah dalam merencanakan kebutuhan guru di masa depan.

“Selain itu, infrastruktur sekolah, seperti ruang kelas dan laboratorium, juga bisa direncanakan lebih matang sesuai dengan kebutuhan masing-masing jurusan,” ujarnya, dikutip dari InfoPublik.

Baca Juga: Prabowo Ingin Matematika Dikenalkan Sejak TK, Ini Kata Pakar

Keuntungan lain adalah kesiapan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Adanya penjurusan memberikan dasar yang lebih kuat apabila siswa ingin melanjutkan pendidikan ke jurusan tertentu, seperti teknik, farmasi, atau hukum, karena mereka sudah mempelajari mata pelajaran yang relevan sejak SMA.

Ki Darmaningtyas juga menyoroti dampak negatif dari penjurusan, terutama pada faktor sosial. Masih ada persepsi bahwa jurusan IPA lebih unggul dibandingkan jurusan lainnya. Meski ini sudah mulai terkikis, stigma tersebut masih ada di masyarakat.

“Sebenarnya, profesi yang berkembang pesat kini banyak didominasi oleh mereka yang berasal dari jurusan sosial humaniora, jadi persepsi ini lama-lama akan menghilang,” kata Darmaningtyas.

Dia menambahkan, penjurusan bisa dilakukan di semester dua kelas 10, saat siswa sudah mengenal semua mata pelajaran dasar.

Namun, penjurusan juga bisa diterapkan di awal kelas 11, ketika siswa cukup waktu untuk mengidentifikasi minat dan bakat mereka, dengan bimbingan yang intens dari guru dan orang tua.

Leave a Reply