TopCareerID

Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Sosok Sederhana yang Pernah Kunjungi Indonesia

Ilustrasi Paus Fransiskus. (giampieropilia dari Pixabay)

TopCareer.id Paus Fransiskus, pimpinan tertinggi umat Katolik sedunia, meninggal dunia di Vatikan pada Senin (21/4/2025) waktu setempat.

Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 tahun. Dia sempat dirawat pada Februari lalu usai mengalami bronkitis kronis. Ia lalu keluar dari rumah sakit 23 Maret 2025.

“Saudara-saudari terkasih, dengan duka yang mendalam saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” kata Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo dari Kamar Apostolik, dikutip dari Vatican News.

“Seluruh hidupnya dibaktikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya. Ia mengajarkan kita untuk menghayati nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian, dan kasih universal, khususnya demi mereka yang paling miskin dan paling terpinggirkan,” ujarnya dalam pengumuman soal Paus Fransiskus meninggal dunia.

Paus Fransiskus memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio dan merupakan Paus pertama dari benua Amerika, yaitu dari Argentina. Ia juga menjadi Paus pertama yang mengambil nama “Fransiskus.”

Paus Fransiskus terkenal sebagai sosok yang sederhana. Dalam 15 tahun pelayanannya, dia sering bepergian dengan transportasi umum seperti kereta bawah tanah dan bus.

Profil Paus Fransiskus

Mengutip situs vatican.va, Bergoglio lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936, sebagai putra dari imigran Italia.

Dikutip dari Britannica, Bergoglio lulus sekolah menengah di bidang teknik kimia dan sempat bekerja di industri pengolahan makanan, namun merasa terpanggil untuk melayani gereja. Di usia 21, ia menderita radang paru-paru parah yang menyebabkan sebagian paru-paru kanannya harus diangkat.

Bergoglio pun memilih jalur imamat dengan masuk Seminari Diosesan Villa Devoto. Pada 11 Maret 1958, dia masuk novisiat Serikat Yesus.

Bergoglio kemudian menyelesaikan studi humanioranya di Chili, lalu kembali ke Argentina pada 1963 untuk lulus dengan gelar filsafat dari Colegio de San Jose di San Miguel.

Dari 1964 hingga 1965, ia mengajar sastra dan psikologi di Immaculate Conception College di Santa Fé dan pada 1966, ia mengajar mata kuliah yang sama di Colegio del Salvatore di Buenos Aires. Dari 1967 sampai 1970, dia belajar teologi dan memperoleh gelar dari Colegio San José.

Bergoglio ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agung Ramon Jose Castellano pada 13 Desember 1969. Dia lalu melanjutkan pelatihannya antara tahun 1970 dan 1971, di Universitas Alcalá de Henares, Spanyol. Pada tanggal 22 April 1973, Bergoglio mengucapkan kaul kekalnya bersama para Jesuit.

Baca Juga: Mengintip Suasana Dalam GBK Jelang Misa Akbar Paus Fransiskus

Kembali di Argentina, ia menjadi magister novis di Villa Barilari, San Miguel; profesor di Fakultas Teologi San Miguel; konsultan untuk Provinsi Serikat Yesus, serta Rektor Colegio Máximo di Fakultas Filsafat dan Teologi.

31 Juli 1973, Bergoglio diangkat menjadi Provinsial Jesuit di Argentina, di mana jabatan ini dipegangnya selama enam tahun.

Ia kemudian melanjutkan pekerjaannya di universitas dan dari 1980 hingga 1986 menjabat sekali lagi sebagai Rektor Colegio de San José, serta pastor paroki di San Miguel.

Pada Maret 1986, Bergoglio berangkat ke Jerman untuk menyelesaikan tesis doktoralnya. Atasannya kemudian mengirimnya ke Colegio del Salvador di Buenos Aires, dan selanjutnya ke Gereja Jesuit di kota Córdoba sebagai pembimbing rohani dan confessor.

Dikenal Punya Gaya Hidup Sederhana

Bergoglio dikenal dengan gaya hidup sederhana dan dedikasinya kepada orang miskin. Ia menolak kemewahan dan memilih tinggal di apartemen kecil serta memasak makanannya sendiri. Filosofinya tercermin dalam motonya sebagai uskup, Miserando atque eligendo, yang menekankan kerendahan hati dan belas kasih.

Pada 1992, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai Uskup Auksilier Buenos Aires, dan lima tahun kemudian, ia menjadi Uskup Agung Buenos Aires.

21 Februari 2001, ia diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II. Sebagai Kardinal, Bergoglio menolak kemewahan dan meminta umatnya menyumbangkan uang kepada orang miskin, ketimbang datang ke Roma untuk merayakan pengangkatannya.

Selama krisis ekonomi Argentina tahun 2001, reputasi Bergoglio sebagai pemimpin spiritual semakin kuat. Dia dikenal karena keberaniannya berbicara tentang keadilan sosial, serta pentingnya melindungi martabat manusia.

Baca Juga: Paus Fransiskus sebut Bumi sedang Alami Perang Dunia Ketiga, Harapkan Perdamaian

Meskipun popularitasnya meningkat di Amerika Latin, Bergoglio tetap menjaga gaya hidup sederhananya. Ia menolak diangkat sebagai Presiden Konferensi Waligereja Argentina pada 2002, namun terpilih tiga tahun kemudian dan ditetapkan lagi pada 2008.

Dia sempat mengikuti Pemilihan Paus atau Konklaf tahun 2005, yang kala itu menetapkan Joseph Ratzinger sebagai Paus Benediktus XVI. Ketika Paus Benediktus XVI mengundurkan diri, Bergoglio pun terpilih sebagai Paus Fransiskus.

Nama Fransiskus dipilih untuk menghormati Santo Fransiskus Asisi, yang menjalani hidup dengan pelayanan yang rendah hati kepada kaum miskin, serta mengenang Santo Fransiskus Xaverius sebagai pendiri Jesuit.

Kunjungi Indonesia pada September 2024

Pada 3 hingga 6 September 2024 lalu, Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia.

Pada 4 September 2024, Paus menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam sambutannya, dia berbicara soal keragaman dan kerukunan di Indonesia.

“Semboyan negara Anda, bhinneka tunggal ika (bersatu dalam keberagaman), secara harfiah berarti berbeda-beda, tetapi tetap satu jua, mengungkapkan realitas beraneka sisi dari berbagai orang yang disatukan dengan teguh dalam satu bangsa,” ujarnya saat itu.

Keesokan harinya, Paus mengunjungi Masjid Istiqlal dan menemui Imam Besar Nasaruddin Umar, yang kini menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia. Di situ, ia juga mengunjungi Terowongan Silaturahmi yang menghubungi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

Salah satu yang jadi sorotan adalah ketika Nasaruddin Umar mencium kepala Paus, sementara Paus membalasnya dengan mencium tangan Nasaruddin.

Puncak kunjungan Paus Fransiskus adalah misa akbar yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), serta dihadiri sekitar 80 ribu umat Katolik dari seluruh Indonesia.

Exit mobile version