TopCareer.id – Serangan siber melalui perangkat removable seperti drive USB masih jadi ancaman bagi bisnis di Asia Tenggara. Menurut perusahaan keamanan siber Kaspersky, bahkan terjadi lonjakan serangan offline semacam ini.
Di 2024, Kaspersky mendeteksi dan mencegah hampir 50 juta serangan malware pada perangkat yang menargetkan bisnis di Asia Tenggara.
Ancaman semacam ini disebarkan secara offline, melalui penggunaan perangkat fisik seperti drive USB, hard drive eksternal, atau media yang bisa dilepas lainnya, untuk mengirimkan perangkat lunak berbahaya ke sistem target.
Berbeda dengan serangan siber biasa yang mengandalkan konektivitas internet, ancaman ini mengeksploitasi kepercayaan yang diberikan pengguna pada perangkat fisik.
Baca Juga: 400 Serangan Ransomware Hantam Bisnis Asia Tenggara Tiap Hari di 2024
Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky mengatakan, mereka melihat adanya insiden nyata serangan siber canggih, yang memanfaatkan USB dan drive yang bisa dilepas, untuk menginfeksi seluruh perusahaan.
“Karena serangan malware offline terus berkembang, bisnis dan organisasi di Asia Tenggara harus tetap waspada dan proaktif dalam upaya keamanan siber mereka,” kata Yeo, dikutip dari siaran pers, Jumat (2/5/2025).
Yeo juga mengungkapkan, menjelang akhir 2024, mereka menemukan kasus drive USB aman yang dikembangkan entitas pemerintah di Asia Tenggara untuk menyimpan dan mentransfer file secara aman di lingkungan sensitif, telah disusupi.
“Kode berbahaya telah disuntikkan ke dalam perangkat lunak manajemen aksesnya, yang memungkinkannya untuk mencuri file rahasia dari partisi aman drive tersebut,” ujarnya.
Selain itu, kode tersebut bertindak sebagai worm USB, menyebarkan infeksi ke drive lain dengan jenis yang sama, yang menyoroti sifat canggih dari ancaman ini.
Baca Juga: Bisnis Wajib Waspada Serangan Siber yang Pakai AI
Secara keseluruhan, solusi Kaspersky yang digunakan oleh bisnis di Asia Tenggara memblokir 49.234.759 ancaman lokal antara Januari hingga Desember 2024.
Ini merupakan peningkatan sebesar 15 persen dibandingkan dengan hampir 43 juta serangan offline pada tahun 2023.
Singapura mencatat lonjakan tertinggi antara serangan offline tahun 2023 dan 2024 (88 persen), diikuti Malaysia (47 persen), Vietnam (25 persen), Thailand (20 persen), dan Filipina (16 persen).
Hanya Indonesia yang mencatat sedikit penurunan ancaman lokal sebesar minus tiga persen dibanding tahun lalu.