TopCareer.id – Kelas menengah Indonesia dinilai tengah menghadapi fenomena duck syndrome atau sindrom bebek.
Menurut Anisa Dwi Utami, pakar ekonomi IPB University, fenomena duck syndrome menggambarkan kondisi ketika seseorang tampak tenang di permukaan, tapi sebenarnya sedang berjuang keras di bawah tekanan yang berat.
“Individu dari kelompok kelas menengah sering dituntut untuk tampil sukses, stabil, dan bahagia, meskipun sebenarnya mereka menghadapi tekanan besar secara emosional dan finansial,” kata Anisa.
Dia mengatakan, harapan tinggi dari keluarga, persaingan akademik dan profesional, serta ekspektasi sosial yang diperkuat oleh media sosial, membuat banyak orang merasa harus terus tampil “sempurna.”
Kondisi ini, kata Anisa, diperparah oleh terbatasnya akses terhadap dukungan psikologis dan stigma terhadap masalah kesehatan mental. Beban yang dirasakan pun kerap disembunyikan demi menjaga citra.
Baca Juga: Anjloknya Kelas Menengah Ancam Pertumbuhan Ekonomi
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University itu, saat ini tekanan ekonomi yang dihadapai kelas menengah begitu nyata.
Tingginya inflasi dan stagnasi pendapatan menyebabkan mereka harus beradaptasi dengan biaya hidup yang terus meningkat.
“Harga pangan, terutama beras, naik signifikan dan memaksa banyak keluarga mengalokasikan sebagian besar pendapatan hanya untuk kebutuhan pokok,” kata Anisa, dikutip dari laman resmi IPB University, Jumat (2/5/2025).
Situasi ini pun diperparah dengan rencana pajak pertambahan nilai yang menekan daya beli, apalagi jika kenaikan upah minimum hanya sekitar 3-4 persen.
Belum lagi terdapat peningkatan kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan peralihan pekerja ke sektor informal.
Baca Juga: Kelas Menengah Dibiarkan Menurun, Ekonom Ngeri Terjadi Revolusi
Anisa menyebut, data terbaru menunjukkan bahwa rata-rata tabungan masyarakat saat ini hanya sekitar Rp 4,6 juta (November 2024), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Kondisi ini, kata Anisa, menunjukkan ketidakmampuan kelas menengah untuk mengimbangi biaya hidup yang melonjak.
Masyarakat kelas menengah pun harus memperkuat literasi keuangan, menyusun anggaran bulanan secara disiplin, serta memprioritaskan kebutuhan pokok dan tabungan.
Selain itu, Anisa menyarankan agar masyarakat melakukan diversifikasi pendapatan dan peningkatkan keterampilan, demi menjga stabilitas finansial.
“Dengan kombinasi antara pengelolaan keuangan yang bijak dan pengembangan diri, masyarakat kelas menengah dapat lebih tahan terhadap tekanan ekonomi dan tetap sehat secara finansial,” kata Anisa.