TopCareerID

Studi: Membandingkan Usaha dengan Orang Lain Berdampak Negatif

Ilustrasi kuliah. (Pexels/Pixabay

TopCareer.id – Membandingkan usaha yang kita lakukan dengan orang lain dapat berdampak buruk. Setidaknya inilah yang diungkap oleh sebuah studi terhadap sejumlah mahasiswa di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).

Menurut studi yang dimuat di jurnal Contemporary Educational Psychology menemukan, mahasiswa yang merasa harus bekerja lebih keras daripada yang lain cenderung memiliki keyakinan lebih rendah bahwa mereka mampu sukses dalam bidang sains.

Riset ini dilakukan oleh penulis utama studi Hyewon Lee terhadap mahasiswa di kelas kimia pengantar, saat melakukan studi doktoral di bidang studi pendidikan di The Ohio State University. Sebanyak 690 mahasiswa di tiga kelas kimia pengantar di Ohio State terlibat dalam riset ini.

Dilansir Science Daily, Kamis (14/5/2025), fokus pada perbandingan usaha ini berdampak negatif, baik pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan.

Namun, mahasiswa perempuan menunjukkan dampak positif ketika mereka telah berusaha keras, selama mereka tidak membandingkan diri dengan orang lain.

Baca Juga: Jangan Lakukan 5 Hal Ini Saat Merintis Usaha dan Sambil Kerja

Saat mahasiswa, khususnya perempuan, merasa mereka telah berusaha keras tanpa membandingkan diri dengan yang lain, mereka justru cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik.

“Mahasiswa di kelas pengantar STEM perlu fokus pada pekerjaan mereka sendiri, bukan membandingkan diri dengan orang lain, dan memahami bagaimana usaha mereka terhubung dengan keberhasilan,” kata Lee.

Menurut Shirley L. Yu, profesor psikologi pendidikan di Ohio State, perbedaan antara membandingkan usaha dengan teman sekelas (usaha komparatif) dan sekadar merasa telah bekerja keras dalam suatu mata kuliah (ussaha berdasarkan kriteria), adalah hal yang penting.

“Usaha berdasarkan kriteria adalah keyakinan bahwa Anda bekerja keras untuk belajar, karena usaha itu memang dibutuhkan untuk memahami materi kuliah,” kata Yu.

Namun, Yu menambahkan, jika Anda membandingkan usaha dengan orang lain dan merasa harus perlu bekerja lebih keras, itu bisa menyiratkan bahwa Anda perlu menutupi kekurangan kemampuan.

“Hal ini bisa merusak konsep diri Anda dalam bidang sains dan menyulitkan kesuksesan,” ujarnya.

Dalam studi ini, konsep diri dalam sains didefinisikan sebagai keyakinan mahasiswa bahwa mereka mampu sukses dalam bidang sains.

Di riset ini, usaha berdasarkan kriteria, usaha komparatif, dan konsep diri dalam sains diukur tiga kali sepanjang satu semester. Nilai ujian tengah semester dan akhir semester kemudian digunakan untuk mengukur capaian akademik mahasiswa.

Faktor-faktor lain yang juga diperhitungkan adalah nilai awal dari ujian ACT dan SAT, demografi, serta dampak pandemi (karena studi dilakukan pada musim gugur 2020).

Baca Juga: Siapa yang Lebih Baik dalam Kolaborasi Kerja, Laki-Laki atau Perempuan?

Hasil penelitian menunjukkan, kebiasaan mahasiswa membandingkan usaha mereka dengan orang lain berdampak signifikan terhadap konsep diri mereka dalam bidang sains.

Baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan cenderung mengartikan bahwa jika mereka harus berusaha lebih keras daripada teman-teman sekelasnya, itu berarti mereka kurang memiliki kemampuan di bidang tersebut.

Dengan kata lain, mereka lebih mudah percaya bahwa jika mereka harus berusaha lebih keras daripada yang lain, maka itu berarti mereka kurang berbakat dalam bidang sains.

Bagi perempuan, persepsi mereka telah bekerja keras (tanpa membandingkan diri) justru berdampak positif terhadap kepercayaan diri mereka dalam sains. Namun ini tidak berlaku pada laki-laki.

Para peneliti menduga, mahasiswa perempuan menyadari bahwa mereka harus bekerja ekstra keras untuk melawan stereotip gender, yang menyebutkan perempuan tidak cocok di bidang sains. Sehingga, usaha keras ini justru menjadi sumber keyakinan bagi mereka.

Sebaliknya, kepercayaan diri mahasiswa laki-laki lebih dipengaruhi oleh pencapaian akademik yang nyata. InimMungkin karena mereka sejak awal sudah memiliki rasa percaya diri yang kuat terhadap kemampuan sainsnya.

Sementara, hubungan antara usaha berdasarkan kriteria dan usaha komparatif terhadap capaian dalam ujian tengah dan akhir semester dilaporkan cukup kompleks.

Baca Juga: Ini 5 Keahlian Digital yang Paling Dibutuhkan pada 2025 Menurut Riset AWS

Namun secara umum, kedua jenis persepsi usaha dan capaian memiliki hubungan timbal balik, dengan pola yang lebih jelas terlihat pada perempuan.

Misalnya, persepsi bahwa seseorang sudah berusaha keras berkaitan dengan nilai ujian tengah semester yang lebih tinggi, dan nilai itu kemudian semakin mendorong peningkatan usaha. Sementara, fokus pada membandingkan usaha justru terkait dengan nilai yang lebih rendah.

“Kami menemukan adanya umpan balik antara persepsi usaha dan kinerja yang signifikan,” kata Lee.

“Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman awal yang positif bagi mahasiswa, khususnya perempuan, dalam memahami usaha yang mereka investasikan dan bagaimana hal itu berkontribusi pada keberhasilan mereka,” imbuhnya.

Sejauh yang diketahui para penulis, studi ini menjadi yang pertama untuk mengeksplorasi hubungan antara dua jenis persepsi usaha, konsep diri dalam sains, dan pencapaian akademik di kelas nyata pada tingkat perguruan tinggi.

Temuan ini juga membuka peluang untuk membantu mahasiswa di kelas-kelas awal STEM, yang sering kali menjadi titik penyaringan bagi mereka yang merasa tidak cocok atau tidak mampu bertahan di bidang sains dan akhirnya berpindah jurusan.

“Kelas-kelas awal ini memiliki materi yang berat dan biasanya iklimnya sangat kompetitif,” kata Yu.

“Kita perlu mencari cara untuk menghilangkan hambatan yang mungkin menghalangi mahasiswa yang berkualitas, terutama perempuan, untuk meraih keberhasilan.”

Exit mobile version