Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Edukasi

Wamendikdasmen: Penguasaan AI Harus Dilandasi Etika dan Tanggung Jawab

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq. (Dok: Kemendikdasmen)

TopCareer.id – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq berpesan agar penguasaan teknologi seperti AI, harus diiringi nilai-nilai tanggung jawab, etika, dan rasa aman.

Hal ini ia sampaikan saat membuka Training of Trainer (ToT) Calon Pengajar Koding dan Kecerdasan Artifisial untuk Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Gelombang Ketiga di Surabaya.

Menurut Fajar, yang terpenting adalah bukan sekadar membuat gim atau program.

“Tapi bagaimana anak-anak kita mengembangkan soft skills: tanggung jawab, etika, dan rasa aman dalam menggunakan teknologi,” kata Fajar, mengutip siaran pers, Senin (19/5/2025).

Fajar mengutip laporan dari Stanford University yang menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia tergolong paling optimistis, terhadap perkembangan kecerdasan buatan (AI) secara global.

Namun, dia mengingatkan agar optimisme ini tidak membuat masyarakat lalai. “Kalau tidak dibekali nilai, teknologi bisa jadi ancaman dehumanisasi,” ujarnya.

Baca Juga: Kata Pakar Unair Soal Potensi AI Gantikan Guru dan Dosen

Wamendikdasmen Fajar mengatakan, AI ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, teknologi ini mempunyai kontribusi positif dalam memudahkan pekerjaan. Namun, sisi gelapnya juga perlu diantisipasi.

“Oleh karena itu, pengembangan Kecerdasan Artifisial harus berbasis manusia, jadi jangan sampai manusia itu kehilangan kendali terhadap perkembangan teknologi Kecerdasan Artifisial,” kata Fajar.

Fajar menilai, konsep digital citizenship harus menjadi nilai utama dalam pendidikan teknologi masa depan.

Digital Citizenship itu membangun rasa tanggung jawab, komitmen etis, dan rasa aman saat menggunakan teknologi,” kata Wamen Fajar.

ToT Calon Pengajar Koding dan Kecerdasan Artifisial untuk Guru Pendidikan Dasar dan Menengah adalah bagian dari langkah Kemendikdasmen mempercepat transformasi pendidikan digital yang inklusif, etis, dan bertanggung jawab.

Direktur Guru Pendidikan Dasar, Rachmadi Widiharto menyampaikan, pelatihan ini bertujuan untuk menyiapkan para calon pengajar yang akan melatih puluhan ribu guru di seluruh Indonesia.

Ia menambahkan, pelatihan ini akan menjangkau setidaknya 59.546 guru dari sekolah sasaran pada tahun 2025 yang tersebar di seluruh wilayah provinsi di Indonesia.

“Dalam pelatihan ini, kami berkolaborasi dengan 90 Lembaga Penyelenggara Diklat yang telah diseleksi ketat untuk memastikan kualitas pelaksanaan,” kata Rachmadi.

Peserta ToT berasal dari kalangan akademisi, guru, dan praktisi. Mereka tak hanya menerima pelatihan teknis, tapi juga mengalami proses belajar aktif berbasis kebutuhan orang dewasa (andragogi).

Baca Juga: Menaker: AI Bukan Sekadar Tren Tapi Ubah Cara Kerja

Menurut Rachmadi, pembelajaran dalam ToT ini menerapkan metode problem-based learning, project-based learning, hingga simulasi mengajar.

“Peserta bukan hanya belajar teori, tapi langsung mempraktikkan strategi mengajar koding dan kecerdasan artifisial,” paparnya.

Setiap sesi diakhiri dengan refleksi mendalam untuk mengaitkan teori dengan praktik lapangan. “Refleksi ini penting agar peserta betul-betul siap membawa perubahan di kelas masing-masing,” pungkasnya.

Wamendikdasmen pun menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan sekolah, agar digitalisasi pendidikan berjalan efektif dan merata.

“Tanpa lompatan besar, kita tidak akan sampai ke Indonesia Emas 2045. Salah satu lompatan itu adalah memperkenalkan koding dan kecerdasan artifisial sejak dini,” pungkasnya.

Leave a Reply