Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Lifestyle

Kerap Jadi Tempat Curhat, Bisakah AI Gantikan Psikolog?

Ilustrasi skills masa depan-ilustrasi keterampilan ChatGPT.Ilustrasi skills masa depan-ilustrasi keterampilan ChatGPT. (Pexels)

TopCareer.id – Curhat atau meminta bantuan terkait kesehatan mental ke kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) tengah jadi tren, khususnya pada generasi muda, seolah mereka adalah teman curhat atau psikolog.

Hal ini membuat AI dinilai bisa menggantikan peran psikolog. Survei Snapcart di 2025 bahkan mencatat, 58 persen responden Indonesia mempertimbangkan AI sebagai psikolog mereka.

Selain mahalnya biaya ke psikolog, tidak sedikit yang merasa bahwa AI dapat menjaga privasi.

Nurul Hartini, Guru Besar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, AI memang kerap dipakai untuk mencari istilah atau gejala dari kesehatan mental.

Namun dia mengingatkan, AI pada dasarnya adalah sebuah mesin. Sementara soal penanganan, psikolog akan memiliki pendekatan secara emosional.

“Sangat mungkin kemudian jawaban-jawabannya (AI) itu tidak memahami benar situasi dan kondisi orang yang dihadapi,” kata Nurul, dikutip dari laman resmi Unair, Selasa (20/5/2025).

Baca Juga: Alasan Jangan Minta Bantuan AI Buatkan Password

Menurutnya, AI tidak punya sisi humanis yang dibutuhkan seseorang ketika ingin menyelesaikan masalah mental. Sehingga, Nurul menegaskan bahwa tahap intervensi dalam kesehatan mental tetap harus dilakukan oleh manusia.

Namun, menurut Nurul ada banyak fenomena ketika seseorang tidak sadar bahwa dirinya membutuhkan bantuan profesional.

Dia mengatakan, ada beberapa pertanda seseorang memerlukan intervensi psikolog. “Semakin terpenuhi lebih dari satu, maka harus segera ke psikolog,” katanya.

Pertama adalah saat seseorang mengalami distress. Ini ditandai ketika seseorang merasa tidak dapat berpikir jernih dan emosi tidak stabil.

Kedua, daripada melakukan penyelesaian yang produktif, seseorang justru melakukan sesuatu yang menyimpang seperti menyakiti diri sendiri, melukai orang lain, hingga menjauhi norma masyarakat.

Di tahap ini seseorang harus menemui psikolog, alih-alih meminta bantuan AI.

Baca Juga: Kata Pakar Unair Soal Potensi AI Gantikan Guru dan Dosen

Nurul mengakui bahwa kehadiran AI memang tidak bisa terhindarkan. Namun dalam tugas-tugas sebagai psikolog, alat ini perlu dimanfaatkan secara bijak.

Hal ini demi mentransfer manfaat AI dalam memaksimalkan pelayanan oleh psikolog, kepada mereka yang membutuhkan.

“Profesional yang memang bidangnya kesehatan, baik itu kesehatan fisik, psikologis, sosial yang memang ada transfer knowledge, emosi, psikomotor, itu yang akan sangat sulit tergantikan oleh AI,” pungkasnya.

Leave a Reply