TopCareer.id – Demis Hassabis, CEO DeepMind, divisi riset kecerdasan buatan (AI) Google, menyatakan bahwa ancaman terbesar dari AI bukanlah soal hilangnya pekerjaan.
Peraih Nobel ini mengatakan, dirinya lebih khawatir jika teknologi itu jatuh ke tangan yang salah, serta kurangnya pengamanan untuk mengendalikan model AI yang semakin otonom.
“Kedua risiko itu sama-sama penting dan menantang,” kata Hassabis dalam wawancara di festival SXSW di London, dilansir CNN, dikutip Kamis (12/6/2025).
Banyak pakar yang mengkhawatirkan hilangnya berbagai profesi akibat adanya AI. CEO Anthropic Dario Amodei bahkan menyatakan, AI bisa menghapus setengah dari pekerjaan white-collar tingkat pemula
Namun menurut bos DeepMind Google itu, potensi penyalahgunaan artificial general intelligence (AGI), tipe AI teoritis yang setara kecerdasan manusia, adalah ancaman yang lebih mengkhawatirkan.
“Aktor jahat bisa menyalahgunakan teknologi yang sama untuk tujuan berbahaya,” katanya.
Baca Juga: Wamendikdasmen: Penguasaan AI Harus Dilandasi Etika dan Tanggung Jawab
Sehingga, yang penting adalah membatasi akses ke sistem-sistem ini, sehingga tidak jatuh ke tangan yang salah, tapi tetap bisa digunakan oleh orang-orang yang baik dengan seharusnya.
Hassabis pun mencontohkan bagaimana pembuatan pesan palsu yang meniru pejabat pemerintah AS, serta penyebaran konten deepfake tanpa izin.
Dia menekankan pentingnya regulasi dan pengawasan dalam menghadapi potensi ancaman ini, sembari menyayangkan belum ada kesepakatan global soal batasan penggunaan AI.
“Saya percaya harus ada kesepakatan internasional tentang prinsip dasar bagaimana AI seharusnya digunakan, dan bagaimana memastikan teknologi ini hanya digunakan untuk tujuan yang baik,” ujarnya.
Baca Juga: Menaker: AI Bukan Sekadar Tren Tapi Ubah Cara Kerja
Menurut Hassabis, situasi geopolitik saat ini akan membuatnya terlihat sulit.
“Tapi saya harap seiring waktu dan ketika AI semakin canggih, dunia akan semakin sadar bahwa hal itu harus terjadi,” imbuhnya.
Memang, kata Hassabis, AI akan mengubah dunia kerja. Dia mengakui akan ada potensi pergeseran pekerjaan. Namun ia optimistis teknologi ini juga menciptakan jenis pekerjaan baru, serta meningkatkan produktivitas.
“Biasanya, pekerjaan baru yang bahkan lebih baik akan muncul untuk menggantikan beberapa pekerjaan yang hilang. Kita akan lihat apakah hal itu terjadi kali ini,” ujarnya.
Dia pun membandingkan perubahan ini dengan munculnya internet, yang mengubah banyak hal, tapi juga membuka berbagai peluang baru.