TopCareer.id – Fenomena Rombongan Jarang Beli (Rojali) dan Rombongan Hanya Nanya (Rohana) yang istilahnya sedang viral di internet, dinilai tak seharusnya hanya jadi candaan semata.
Menurut Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam, adanya tren Rojali dan Rohana di pusat perbelanjaan ini harus jadi alarm pemerintah, karena menjadi pertanda terganggunya konsumsi masyarakat.
“Mereka bukan sedang iseng. Mereka sedang bertahan di tengah sulitnya hidup,” kata Mufti Anam, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat (1/8/2025).
“Kalau rakyat mulai ramai-ramai datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk lihat-lihat, itu tanda ekonomi sedang tidak baik-baik saja,” ujarnya.
Adanya fenomena ini dianggap memperlihatkan tren berubahnya perilaku konsumen di tengah tantangan ekonomi.
Menurut Mufti, fenomena Rojali dan Rohana menjadi tanda serius rapuhnya perekonomian dan sosial budaya masyarakat di Indonesia.
“Fenomena Rojali dan Rohana ini merupakan jeritan rakyat yang terhimpit ekonomi,” kata politikus PDIP ini. Kedua tren tersebut juga dianggap semakin mendefinisikan beratnya hidup masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Cegah PHK Massal di Berbagai Sektor, Pemerintah Diminta Ambil Langkah Konkret
Namun di tengah hal itu, Mufti menilai pemerintah justru rajin mengeluarkan kebijakan yang dinilai tidak pro-rakyat.
“Rakyat hari ini tidak pegang uang. Tapi pemerintah justru seperti menutup mata, dan malah sibuk menyiapkan kebijakan yang makin membebani rakyat,” kata Mufti.
Ia memberikan contoh, beberapa langkah yang membebani rakyat mulai dari pajak influencer, pajak UMKM online, hingga pemblokiran rekening yang tidak aktif tiga bulan.
Langkah-langkah ini justru memperkuat sinyal negara sedang kehilangan arah dalam merespon keresahan ekoonmi rakyat.
Padahal, kata Mufti, pemerintah harusnya hadir seperti partner usaha masyarakat. “Kalau rakyat tidak diberi ruang tumbuh, bagaimana ekonomi mau bergerak?” ujarnya.
Pemerintah juga diminta jangan menghambat ekonomi rakyat yang kecil. Menurutnya, masyarakat yang masih mencoba bangkit dari keterpurukan ekonomi pasca pandemi, kini menghadapi tantangan perekonomian global yang cukup berat.
“Semua kebijakan itu bukan menggerakkan ekonomi rakyat, tapi justru menakut-nakuti rakyat yang ingin bangkit. Negara terlihat makin galak ke rakyat kecil, tapi lembek ke para perampok besar,” kata Mufti.
Baca Juga: Reskilling dan Upskilling Harus Jadi Strategi Atasi Pengangguran pada Generasi Muda
Fenomena Rojali dan Rohana juga dinilai membuat pelaku usaha mulai resah. Mufti pun menegaskan pemerintah harus membuat kebijakan yang dapat mendorong rakyat untuk bisa bertahan hidup.
“Saat sektor UMKM lemah, daya beli masyarakat turun, dampaknya sudah pasti negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara,” kata Mufti.
Pemerintah juga diminta tidak melihat persoalan ritel sebagai sektor tunggal yang berdiri sendiri, tapi bagian dari rantai ekonomi nasional yang saling bergantung.
“Kita harus hentikan kebijakan yang melemahkan semangat rakyat. Mari dorong ekonomi yang benar-benar pro rakyat, bukan yang justru bikin rakyat makin berat nafasnya,” kata Mufti.
“Dan kita semua harus menyadari bahwa Rojali dan Rohana bukan sekedar konten lelucon di medsos, tapi ini adalah wajah Indonesia yang sedang gelisah,” pungkasnya.