TopCareer.id – Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Aspirasi) berharap agar Presiden Prabowo Subianto menunjukkan keberpihakannya pada pekerja atau buruh, dalam pidato Nota Keuangan tahun 2025.
Mirah Sumirat, Presiden Aspirasi menegaskan, Nota Keuangan Presiden RI tidak boleh hanya jadi sekadar deretan angka ekonomi makro, namun harus memuat kebijakan nyata yang langsung menyentuh kehidupan pekerja/buruh Indonesia.
Ia menekankan, momentum ini sangat penting bagi Presiden untuk menunjukkan keberpihakan nyata bagi jutaan buruh, yang merupakan penggerak ekonomi nasional.
“Kesejahteraan Pekerja/Buruh bukan sekadar isu moral, melainkan fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan,” kata Mirah, melalui siaran persnya, ditulis Jumat (15/8/2025).
Baca Juga: Pembentukan Satgas dan Dewan Kesejahteraan Buruh Dinilai Tak Sentuh Akar Masalah PHK
Mirah pun mengungkapkan, Aspirasi memiliki tujuh poin utama yang jadi harapan pekerja/buruh Indonesia:
- Perlindungan Daya Beli
Pemerintah perlu memastikan harga kebutuhan pokok, energi, dan transportasi terkendali agar gaji tidak tergerus inflasi.
- Kebijakan Pengupahan yang Adil
Penetapan upah minimum harus berbasis Kebutuhan Hidup Layak (KHL), bukan semata angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
- Lapangan Kerja Berkualitas
Penciptaan lapangan kerja harus menjamin kerja layak (decent work), serta membatasi praktik outsourcing dan kontrak jangka pendek yang merugikan pekerja/buruh.
- Penguatan Jaminan Sosial
Peningkatan layanan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, termasuk subsidi iuran bagi pekerja berpenghasilan rendah, menjadi kebutuhan mendesak.
Baca Juga: PHK Massal Ancam Stabilitas, DPR Minta Negara Jangan Cuma Nonton
- Perlindungan Pekerja Migran dan Informal
Komitmen perlindungan bagi Pekerja Migran serta pemberdayaan pekerja sektor informal agar naik kelas harus dipertegas.
- Dialog Sosial yang Sejati
Kebijakan ketenagakerjaan strategis harus melibatkan serikat pekerja secara aktif sejak tahap perumusan.
- Kesesuaian Kurikulum Pendidikan dengan Kebutuhan Industri
Saat ini adalah banyak lulusan SMK/sederajat maupun universitas yang tidak terserap industri, karena kompetensi mereka tidak sesuai kebutuhan pasar kerja (link and match).