TopCareer.id – Komika dan penulis buku Raditya Dika mengungkapkan beberapa tips dalam mengelola keuangan, di tengah tren Fear Of Missing Out (FOMO).
Hal ini disampaikan Raditya Dika kepada para mahasiswa dalam talkshow yang digelar Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), di GSP UGM, Daerah Istimewa Yogyakarta Rabu (13/8/2025).
Radit mengatakan, sebelum memasuki strategi bisnis, yang pertama perlu dilakukan adalah menghilangkan pola pikir self-serving bias. Menurutnya, banyak orang yang terjebak dalam pola pikir semacam itu.
“Kalau kita selalu merasa salahnya ada di luar diri kita, kita nggak akan pernah bisa berkembang,” kata Radit, seperti dikutip dari ugm.ac.id.
“Padahal, kalau kita mau jujur sama diri sendiri, kita bisa berpikir, ‘Pemasukan saya cuma segini, berarti berapa yang harus disisihkan?'” imbuhnya.
Baca Juga: OJK Ingatkan Anak Muda Waspadai Fenomena Doom Spending
Kemudian, pahami opportunity cost, di mana dalam setiap pilihan yang diambil, selalu ada pilihan lain untuk dilepas.
Radit mengatakan dirinya menggunakan prinsip ini dalam kehidupannya. Misalnya, uang Rp 50 ribu yang dipakai untuk membeli hal yang tidak dibutuhkan, sesungguhnya bisa ditabung untuk kemudian hari.
“Saya pribadi, kalau ingin beli barang, sering saya ‘bawa tidur’ dulu. Karena ketika bangun besoknya keinginan itu hilang dan akhirnya tidak jadi beli,” seloroh Radit.
Ketiga, bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menurut Radit, kebutuhan adalah sesuatu yang jika tidak terpenuhi akan mengganggu kehidupan, sementara keinginan kerap kali hanya didorong oleh rasa ingin memiliki.
Baca Juga: FOMO dan YOLO Bikin Gen-Z dan Milenial Rentan Terjebak Pinjol
Selain itu, penting untuk mencatat pengeluaran setiap hari, di mana kebiasaan tersebut juga masih diterapkan Radit di keluarganya.
“Setiap tanggal 28, istri saya kirim laporan pengeluaran. Jadi kita tahu posisi keuangan dan bisa membuat rencana, termasuk untuk pensiun,” kata Raditya Dika.
Generasi muda pun juga didorong untuk menyiapkan dana darurat dan asuransi kesehatan, sebelum mulai berinvestasi.
Radit juga mendorong mahasiswa untuk berinvestasi terhadap keterampilan terlebih dulu. Menurutnya, kemampuan yang terus diasah akan meningkatkan nilai diri dan membuka peluang penghasilan yang lebih besar.
“Investasi di skill itu penting. Misalnya ikut pelatihan, belajar komunikasi, atau keterampilan yang relevan dengan pekerjaan,” pungkasnya.