TopCareer.id – Sebuah studi di Australia mengungkapkan bahwa banyak pekerja yang diam-diam memakai AI generatif tanpa diketahui atasannya, karena mereka khawatir dianggap malas atau kurang kompeten.
Menurut laporan Jobs and Skills Australia, “shadow adoption” atau adopsi AI ini menunjukkan bahwa pekerja mendorong inovasi dari bawah ke atas, membuka peluang untuk inisiatif dan eksperimen.
Namun, di sisi lain, risiko dan pengelolaan teknologi ini justru ditanggung oleh individu pekerja.
“Ada semakin banyak bukti bahwa adopsi AI dipimpin oleh pekerja di sejumlah tempat kerja di Australia,” kata laporan tersebut, seperti dikutip dari Financial Review, Senin (25/8/2025).
“Banyak karyawan melaporkan menggunakan AI generatif tanpa sepengetahuan manajer mereka,” imbuh laporan itu.
Baca Juga: Pakar Nvidia Beri 5 Tips Mulai Karier di Era AI
Barney Glover, Komisaris Utama Jobs and Skills Australia menegaskan, fenomena ini menciptakan urgensi untuk memperbarui kualifikasi dan pelatihan tenaga kerja.
“Orang-orang sudah menggunakan AI generatif di tempat kerja dan mereka merasakan manfaatnya. Apakah bos atau perusahaannya tahu, itu soal lain,” kata Glover.
Dalam laporan yang sama juga disebutkan bahwa seluruh jenis pekerjaan akan terdampak oleh AI, tak peduli di sektor apa atau tingkat keahlian apa.
Studi JSA mencatat bahwa pekerjaan yang bisa dilakukan secara otomatis akan paling terdampak oleh AI.
“Banyak tugas administratif, yang sebelumnya tidak terlalu terpengaruh oleh gelombang otomasi sebelumnya, kini bisa digantikan sebagian besar oleh Generative AI,” tulis laporan itu.
Baca Juga: Lonjakan Adopsi AI Generatif Tantang Keamanan Siber Perusahaan
Pekerjaan seperti pegawai administrasi, resepsionis, pembukuan, penjualan, pemasaran, hubungan masyarakat, analis bisnis dan sistem, hingga programmer, diprediksi akan terpangkas pada 2050.
Sebaliknya, beberapa pekerjaan yang diprediksi tumbuh antara lain pekerja kebersihan dan laundry, administrasi publik dan keamanan, manajer administrasi bisnis, pekerja konstruksi dan tambang, serta pekerja perhotelan.
Temuan lainnya, AI lebih cenderung mengubah cara kerja alih-alih menggantikan sepenuhnya.
“Hampir separuh pekerja saat ini berada di pekerjaan dengan tingkat otomasi rendah dan potensi peningkatan (augmentation) menengah,” kata laporan itu. “Artinya pekerjaan mereka lebih mungkin berubah daripada tergeser,” tulisnya.