TopCareer.id – Jika sebelumnya ada istilah job hopping atau pindah-pindah kerja dalam waktu singkat, baru-baru ini ada tren baru yang disebut sebagai job hugging.
Kebalikan dari job hopping, job hugging bisa diartikan sebagai usaha mempertahankan atau “memeluk” pekerjaannya sekuat tenaga, menurut konsultan dari firma konsultan organisasi Korn Ferry.
Menurut data pemerintah Amerika Serikat (AS), angka orang yang resign secara sukarela hanya 2 persen saja, terendah sejak 2019 kecuali di awal pandemi Covid-19.
Laura Ullrich, direktur riset ekonomi Amerika Utara di Indeed Hiring Lab mengatakan, hal ini dipengaruhi oleh persepsi pekerja terhadap lesunya kondisi pasar kerja.
Banyak pekerja yang merasa khawatir bakal kesulitan mendapat pekerjaan baru, atau tidak yakin dengan peluang yang ada.
Baca Juga: Pekerja Tiba-Tiba Tak Masuk di Hari Pertama Kerja, Apa Itu Career Catfishing?
Survei ZipRecruiter menunjukkan, proporsi pencari kerja yang “sama sekali tidak yakin” bahwa “banyak pekerjaan tersedia” meningkat stabil dari sekitar 26 persen tiga tahun lalu menjadi 38 persen pada kuartal kedua 2025.
“Ada stagnasi di pasar tenaga kerja, di mana tingkat perekrutan, pengunduran diri, dan PHK semuanya rendah,” kata Ullrich, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (12/9/2025). “Hampir tidak ada pergerakan sama sekali.”
Matt Bohn, konsultan pencarian eksekutif di Korn Ferry mengatakan, bahwa ketidakpatian secara ekonomi, politik, maupun global yang melanda dunia, membuat orang memilih mempertahankan pekerjaannya.
Ia menyamakan dinamika ini dengan investor yang berhati-hati dan lebih memilih menunggu di pinggir lapangan hingga peluang investasi muncul.
Tingkat rekrutmen setahun terakhir anjlok ke level terendah dalam lebih dari satu dekade (tidak termasuk awal pandemi Covid-19). Artinya, mereka yang ingin mencari pekerjaan baru mungkin menghadapi kesulitan lebih besar.
Baca Juga: Peneliti Harvard Ungkap Cara Biar Lebih Bahagia dalam Pekerjaan
Pakar mengatakan, meski mempertahankan dengan keras sebuah pekerjaan tidak selalu buruk, namun job hugging bisa berisiko.
Salah satunya risiko adalah kemungkinan hilangnya potensi kenaikan pendapatan, karena biasanya mereka yang pindah kerja memperoleh pertumbuhan gaji lebih tinggi dibandingkan yang bertahan.
Selain itu, pekerja yang terlalu nyaman bisa stagnan, tidak mengambil tanggung jawab tambahan atau tidak mengembangkan keterampilan baru.
Bohn mengatakan, ini bisa berpengaruh pada daya jual mereka ketika pasar tenaga kerja kembali membaik. Perusahaan pun mungkin menilai pekerja tersebut tidak lagi memenuhi standar kinerja.
Menurut Ullrich, kurangnya perpindahan tenaga kerja bisa menyulitkan pendatang baru seperti para fresh graduate, untuk mendapatkan pekerjaan.