TopCareerID

Rutin Konsumsi Minuman Energi Bisa Jadi Bom Waktu Kesehatan Jantung

Ilustrasi minuman energi. (Freepik)

TopCareer.id – Sering mengonsumsi minuman energi bisa jadi “bom waktu” bagi kesehatan jantung, khususnya pada generasi muda.

Christy Efiyanti, dosen Fakultas Kedokteran IPB University mengatakan, kasus gagal jantung akibat konsumsi minuman energi bukan hal baru.

Kejadian semacam ini sudah dilaporkan di berbagai negara, termasuk Indonesia, seiring dengan tren penggunaannya untuk menunjang stamina kerja atau aktivitas.

Christy mengungkapkan, pada salah satu kasus, seorang pasien 21 tahun mengalami gagal jantung karena rutin mengonsumsi empat kaleng minuman energi setiap hari.

Baca Juga: Penyakit Jantung Kini Bisa Serang Orang Muda, Ini Cara Mencegahnya

“Kandungan kafein dalam jumlah besar dapat memicu gangguan irama jantung yang berujung pada gagal jantung jika tidak segera ditangani,” kata Christy, mengutip laman resmi IPB University, Jumat (3/10/2025).

Risiko ini bisa menimpa siapa saja, sehingga perlu ada peringatan yang jelas pada label minuman berenergi, mengenai potensi bahaya jantung jika dikonsumsi berlebihan.

Selain itu, kombinasi kebiasaan buruk seperti begadang, konsumsi makanan cepat saji, merokok atau vape, serta jarang berolahraga, juga meningkatkan risiko gangguan jantung.

“Olahraga rutin adalah kunci yang sering dianggap klise, padahal justru itulah penyelamat hidup,” kata Christy.

Menurutnya, olahraga bisa membantu menjaga fungsi jantung, sekaligus mencegah sarkopenia dan osteoporosis ketika seseorang memasuki masa tua.

Baca Juga: Efek Samping Kecanduan Minuman Berenergi dan Tanda-Tandanya

Christy pun mengegaskan, menjaga kualitas hidup pun harus dimulai dari hal-hal sederhana namun konsisten.

Terapkan pola makan sehat, rutin berolahraga, cukup minum air putih, hindari gaya hidup sedentary, menjauhi obestias, serta tidak merokok.

“Tidak ada tawar-menawar untuk hidup sehat. Itu investasi seumur hidup agar jantung tetap prima, hati tetap sehat, dan tubuh terbebas dari risiko penyakit kronis,” pungkasnya.

Exit mobile version