TopCareerID

Mau Redakan Kecemasan? Pakar Imbau Jauhkan HP

Ilustrasi menggunakan ponsel.

TopCareer.id – Penggunaan ponsel atau HP dan media sosial yang berlebihan pada masyarakat menyebabkan lonjakan kecemasan dan depresi, khususnya pada generasi muda.

Namun, Alexa Arnold, direktur pelaksana kampanye Anxious Generation Movement mengatakan, tak hanya Gen Z yang terdampak. “Kita semua merasakannya,” katanya, mengutip CNBC Make It, Senin (27/10/2025).

Jika kamu merasa kesehatan mentalmu terganggu dalam beberapa tahun terakhir. Arnold pun membagikan beberapa kiat untuk mengurangi kecemasan.

Yang pertama, singkirkan HP-mu dari pusat kehidupanmu. Cobalah untuk mematikan notifikasi dan nonaktifkan fitur pesan teks di komputer apabila memang tidak benar-benar diperlukan.

Baca Juga: Bikin Anjlok Produktivitas, Depresi dan Kecemasan Harus Dikenali Sejak Dini

Arnold menambahkan, kamu juga bisa mencoba “menaruh ponselmu di ruangan yang berbeda selama berjam-jam.”

“Saya pikir semakin lama kita bisa beristirahat dan memiliki periode “kerja yang lebih lama serta fokus yang mendalam,” katanya, “akan semakin baik otak kita.”

Kamu juga disarankan untuk menggunakan ponsel secara bertahap. Misalnya, jika kamu suka melihat berita, luangkan waktu 20 menit saja dalam sehari untuk melakukannya, ketimbang melakukannya sepanjang hari.

Tips kedua untuk mengurangi kecemasan adalah ;kukan sesuatu yang membuat Anda takut atau menantang.

Menurut Arnold, tantangan di tempat kerja akan membantumu berkembang, apalagi jika itu menantang secara fisik atau mental.

Baca Juga: Kerja Berlebihan? Ini 6 Tips Atasi ‘Burnout’

Prinsip itu juga berlaku untuk melakukan sesuatu yang menakutkan dalam situasi sosial, seperti memulai obrolan ringan dengan orang asing.

“Melakukan hal-hal sulit membuat Anda lebih percaya diri, cakap, kreatif, dan percaya diri,” kata Arnold, terlepas dari di mana kamu berada dalam hidup. Selain itu, melakukan hal-hal sulit juga dapat membantu meredakan kecemasan.

Arnold pun menegaskan bahwa masalah kecemasan tak cuma terjadi di satu generasi saja, tapi dapat dialami oleh semua kelompok masyarakat.

“Kita mendapatkan pertanyaan ini di hampir setiap ruangan yang kita masuki: Siapakah generasi yang cemas?” kata Arnold. “Dan saya pikir kenyataannya adalah kita semua.”

Exit mobile version