TopCareerID

Kasus Flu Melonjak, Pakar Ungkap Ada Pengaruh Perubahan Iklim

Ilustrasi. (dok. Adobestock)

TopCareer.id – Beberapa teman atau rekan kerja di sekitar kita mungkin sedang mengalami flu. Pakar pun mengatakan tidak ada salahnya untuk melakukan vaksinasi influenza, serta lebih sadar terhadap lingkungan.

Desdiani, pakar kesehatan pernapasan dari IPB University menyebut, lonjakan kasus flu tak cuma dipengaruhi oleh faktor kesehatan individu, tapi juga dinamika lingkungan dan perubahan iklim.

Ia menyebut, suhu udara rata-rata di Indonesia pada September 2025 mencapai 26,91 derajat Celsius, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata klimatologis 26,56 derajat Celsius.

“Anomali suhu ini merupakan yang tertinggi ketujuh sejak 1981 dan berpotensi meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap infeksi saluran pernapasan,” kata Desdiani, mengutip laman resmi IPB University, Jumat (21/11/2025).

Dia menambahkan, fluktuasi suhu diurnal (perbedaan suhu antara siang dan malam) belakangan cenderung semakin besar. Bahkan, variabilitas suhu per jam kini mencapai 4 sampai 5 derajat Celsius.

“Misalnya, saat ini jam 12 siang suhu bisa mencapai 37 derajat Celsius, lalu satu jam kemudian turun menjadi sekitar 32,5 derajat Celsius. Begitu seterusnya. Jadi tiap jam suhu udara bisa berubah-ubah,” jelasnya.

Baca Juga: Influenza Melonjak di Indonesia, Pakar UGM Ingatkan Ini

Kondisi ini, kata Desdiani, membuat sistem pertahanan saluran pernapasan menurun, membuat virus influenza menjadi lebih mudah masuk dan menginfeksi tubuh.

“Perbedaan suhu yang ekstrem antara siang dan malam hari dapat menurunkan imunitas lokal saluran napas. Saat tubuh belum sempat beradaptasi dengan perubahan suhu yang cepat, risiko terinfeksi virus influenza meningkat,” ujarnya.

Menurutnya, perubahan iklim, urbanisasi, dan polusi udara, ikut memperkuat penyebaran penyakit.

Peningkatan jumlah bangunan dan berkurangnya ruang hijau menyebabkan suhu mikro di daerah padat penduduk menjadi lebih tinggi.

Di waktu bersamaan, polutan seperti aerosol turut menurunkan kualitas udara dan memperlemah daya tahan tubuh. Kondisi ini mempercepat penyebaran virus influenza tipe A dan B yang jadi penyebab utama wabah musiman.

“Perubahan suhu dan kelembapan dapat memengaruhi stabilitas virus di udara. Udara kering atau dingin menurunkan efektivitas sistem pertahanan mukosa saluran napas, sehingga seseorang lebih mudah tertular,” kata Desdiani.

Untuk mencegah kasus berat dan komplikasi, Desdiani mengatakan bahwa vaksinasi influenza bisa jadi langakh penting.

Baca Juga: Dosen UM Surabaya Jelaskan Alasan Banyak Penyakit Saat Musim Hujan

Dia menjelaskan, vaksinasi terbukti efektif menurunkan risiko rawat inap, pneumonia, dan kematian, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan individu dengan penyakit kronis atau imun lemah.

Meski efektivitas vaksin flu bisa menurun saat usia lanjut, manfaatnya tetap signifikan dalam mengurangi tingkat keparahan penyakit.

“Vaksin bukan hanya melindungi individu, tetapi juga membantu membangun kekebalan komunitas, sehingga dapat menekan potensi wabah luas,” kata Desdiani.

Tidak lupa, ia juga mengingatkan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk etika batuk, menggunakan masker saat sakit, serta menjaga kebersihan udara dan lingkungan.

“Perubahan iklim dan penurunan kualitas udara bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan publik. Karena itu, mitigasi lingkungan harus menjadi bagian dari strategi pencegahan penyakit menular,” Desdiani menegaskan.

Vaksinasi influenza dan kesadaran lingkungan pun harus berjalan beriringan. Menurut Desdiani, di tengah kondisi iklim yang makin ekstrem, keduanya adalah kunci utama untuk menjaga daya tahan masyarakat dan mencegah wabah besar.

Exit mobile version