TopCareer.id – Dengan lebih dari 17 ribu pulau, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam akses layanan kesehatan, termasuk Keluarga Berencana (KB), khususnya di ribuan keluarga di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan dikategorikan sebagai “terpencil” karena minim infrastruktur dan sulitnya akses. Dampaknya pun paling terlihat pada akses KB dan kesehatan reproduksi.
Data menunjukkan bahwa hanya 56 persen perempuan menikah di wilayah tertinggal yang menggunakan kontrasepsi, jauh lebih rendah dibandingkan perempuan di perkotaan dan kelompok ekonomi lebih tinggi.
Artinya, jarak, biaya, dan ketersediaan layanan masih menentukan siapa yang bisa merencanakan keluarga mereka.
Baru-baru ini, DKT Indonesia dan doctorSHARE (Yayasan Dokter Peduli), bekerja sama untuk menghadirkan layanan KB, pelatihan tenaga kesehatan, serta distribusi alat dan produk kontrasepsi melalui Rumah Sakit Kapal dan klinik-klinik di pulau terpencil.
Kerja sama ini dilakukan dengan tujuan memastikan akses KB yang adil bagi masyarakat di garis terdepan Indonesia.
“Rumah Sakit Kapal kami hadir untuk menjangkau masyarakat terpencil yang sulit dijangkau melalui fasilitas darat,” kata Tutuk Utomo Nuradhy, Ketua Pengurus Yayasan Dokter Peduli, dikutip dari siaran pers, Senin (1/5/2025).
Baca Juga: Swamedikasi Bisa Bantu Perkuat Sistem Kesehatan
Dalam tiap kunjungannya, bidan lokal dilatih dan ditunjuk sebagai Bidan Koordinator (Bikor), yang meneruskan layanan konseling dan tindak lanjut setelah rumah sakit kapal kembali berlayar.
“Setiap Dokter dan Bidan yang kami latih, setiap pulau yang kami datangi, memperkecil jarak antara keluarga dan layanan yang mereka butuhkan,” kata Dimosthenis Sakellaridis, President Director DKT INDONESIA.
Dimosthenis menambahkan, di 2025 hingga 2028, mereka hendak memperluas layanan ke empat rumah sakit kapal, menjangkau sekitar 42 lokasi, serta melayani lebih dari 15 ribu pasien, sehingga akses bisa berlanjut sebagai layanan yang berkesinambungan.
Di 2025, kolaborasi ini telah menjangkau tujuh wilayah kepulauan, antara lain Pulau Jemaja, Pulau Siantan, Pulau Tambelan (Bintan), Pulau Binongko, Pulau Tomia, Pulau Misool dan Pulau Waigeo (Raja Ampat).
Kunjungan juga dilakukan melalui RS Kapal dr. Lie Dharmawan II dan RS Kapal Nusa Waluya II, yang membawa Dokter, Bidan, dan fasilitas pelayanan langsung ke pulau-pulau kecil.
Hingga saat ini, 12 tenaga kesehatan telah menerima pelatihan dari DKT Indonesia, terdiri dari 8 dokter umum dan 4 bidan, untuk meningkatkan kapasitas konseling dan pelayanan KB.
Keduanya juga menyalurkan bantuan alat dan produk kontrasepsi seperti 2.000 vial KB Suntik Andalan 3 Bulan, 456 paket IUD Andalan TCu 380A, 495 paket Pil KB Andalan Biru, 2.000 kondom Sutra Classic, 14 set alat MVA (Manual Vacuum Aspiration) berikut berbagai ukuran kanula, serta 4 paket implan Monoplant.
DKT INDONESIA juga menyediakan berbagai peralatan medis dan perlengkapan habis pakai untuk mendukung operasional dua rumah sakit kapal dan empat klinik darat, termasuk peralatan penting untuk memastikan prosedur KB dilakukan secara aman, higienis, dan efektif.
Baca Juga: VIDEO: AI Bakal Ubah Sektor Kesehatan dan Penjualan, Manusia Bakal Tergantikan?
Untuk 2026 sampai 2028, program ini akan diperluas dari dua menjadi empat rumah sakit kapal, sehingga dapat menjangkau sekitar 42 lokasi kepulauan dalam tiga tahun ke depan (sekitar 14 lokasi per tahun).
Selain itu akan ada tambahan 10 tenaga kesehatan yang dilatih pada 2026, seiring bertambahnya titik layanan baru yang dioperasikan doctorSHARE.
Secara keseluruhan, kolaborasi ini diproyeksikan melayani kurang lebih 15.000 masyarakat sepanjang 2025–2028, atau sekitar 5.000 orang setiap tahunnya.
Layanan ini termasuk akses konseling, kontrasepsi, dan layanan kesehatan reproduksi bagi masyarakat pedalaman yang paling membutuhkan.
Kedua pihak pun menegaskan bahwa akses KB tak cuma soal pengendalian penduduk, tapi juga berdampak langsung pada kesehatan ibu, pengurangan kemiskinan, dan pemberdayaan perempuan.
Pasangan yang mampu merencanakan kehamilan dengan aman, maka keluarga bibsa lebih sehat dan perempuan berpeluang lebih besar untuk menempuh pendidikan dan bekerja.













