Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Thursday, November 21, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Tapera Potong Gaji, Ini Kata Karyawan Swasta

Ilustrasi rumah karyawan

TopCareer.id – Rencana penerapan Tabungan Perumahan Rakyat atau Tapera banyak mendapatkan kritik, bahkan protes dari karyawan swasta yang akan jadi sasaran program ini selanjutnya.

Apalagi program ini sendiri telah ditetapkan sebagai kewajiban, sehingga mau tidak mau, saat diterapkan nanti, pekerja harus rela gajinya “disimpan sebagian” untuk Tapera dan baru bisa diambil saat pensiun.

Menurut Mario, seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta mengatakan, potongan yang harus diterima memang cukup memberatkan, meski menurutnya program ini “agak oke.”

Dihubungi oleh TopCareer.id pada Selasa (4/6/2024) ia pun menilai, pemerintah lebih baik fokus menyediakan dukungan tempat tinggal saja, misalnya lewat subsidi atau pajak.

“Apalagi sebenarnya dari BPJS Ketenagakerjaan kan karyawan juga ada fasilitas ya untuk pinjaman kebutuhan DP rumah, KPR, dan renovasi. Jadi dioptimalkan dulu di situ, ketimbang tiba-tiba bikin program baru,” ujarnya.

Soal apabila jadi diterapkan nantinya, alur, cara kerja, hingga sistem Tapera pun harus dijelaskan. Mario mengatakan, jangan sampai hasilnya tidak ada saat program ini sudah berjalan

Baca Juga: Serikat Buruh Tegas Tolak Tapera

Sementara kata Sara, seorang karyawan di media online, dirinya tidak setuju dengan program ini. “Selain membebani pekerja yang gajinya pas-pasan, program ini tuh gak realistis dengan rumah dan properti di masa depan,” ujarnya.

Lalu untuk Elga, karyawan swasta di Jakarta, selain menambah beban pengeluaran dan mengurangi penghasilan tetap, tidak ada yang bisa menjamin dana Tapera benar-benar bisa dipakai untuk beli rumah.

“Ketimbang memaksa Tapera, mestinya pemerintah mengatur ulang regulasi harga rumah supaya masyarakat bisa lebih mudah dalam membeli rumah,” kata Elga. “Kalaupun Tapera mau diwajibkan, pemerintah juga mesti bisa memastikan kenaikan UMR yang bisa mengimbangi besaran inflasi kebutuhan sehari-hari,” imbuhnya.

Bicara soal apabila nantinya program ini jadi diterapkan, Mario mengaku potongan sekitar 2,5 persen tidak terlalu berpengaruh untuknya.

Berbeda dengan Elga yang mengaku bahwa “dengan kondisi seperti ini, mau tidak mau harus lebih berhemat sembari berharap dapat penghasilan tambahan.” Sementara menurut Sara, jika aturan Tapera jadi dilaksanakan, ia pun harus mulai mengatur lagi keuangannya yang dinilainya pas-pasan.

Leave a Reply