Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Profesional

Terapkan EMPATHY untuk Jadi Pemimpin Sukses

Dok. Getty Images

Topcareer.id – Membangun dan mengasah empati bisa berbuah menjadi wirausahawan dan pemimpin yang lebih efektif. Menurut penelitian Harvard baru dalam The Empathy Effect, itu adalah sifat yang dapat diajarkan dan dikembangkan.

Penulis Helen Riess adalah seorang psikiater Harvard yang telah mengembangkan pelatihan empati berdasarkan penelitiannya dalam neurobiologi. Sifat empati yang dia identifikasi dapat digunakan untuk membuat hubungan yang lebih kuat antar individu.

Berikut 7 keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan E.M.P.A.T.H.Y seperti dalam laman Thrive Global.

E – Eye Contact (kontak mata)

“Melakukan kontak mata adalah salah satu pengalaman manusia pertama,” tulis Riess. Riess merekomendasikan agar kamu melakukan pertemuan tatap muka sebanyak mungkin. Ini akan membantumu memahami nuansa nonverbal yang tidak disampaikan oleh suara seseorang. Juga, saat bertemu orang pertama kali, pertahankan kontak mata sampai Anda melihat warna mata seseorang.

M – Muscles (Otot untuk ekspresi wajah)

Otak kita terhubung untuk secara otomatis meniru ekspresi wajah. Ketika seseorang tersenyum padamu, kamu pasti balas tersenyum. Ini respons otomatis. Tapi kamu juga siap untuk membedakan antara senyum palsu (hanya menaikkan bibir) dan “senyum Duchenne,” senyum kebahagiaan yang tulus. Otot-otot di wajah jarang berbohong. Perhatian.

P- Postur

Duduk tegak. Ini menunjukkan kebahagiaan atau kepercayaan diri. Sebagai seorang dokter, Riess menyampaikan rasa hormat dan otoritas dengan duduk bersama pasien, mengarahkan tubuhnya ke arah mereka, membungkuk ke depan, dan duduk setinggi mata.

A – Affect (Mempengaruhi)

Perhatikan keadaan emosi seseorang. Apakah dia sedih, jengkel, bingung, atau gembira? Ada sedikit peluang untuk berkomunikasi secara efektif jika kamu tidak mengerti emosi seseorang saat itu. Sekali lagi, jutaan tahun perkembangan telah membuat otak kita menjadi sangat akurat dalam menilai emosi.

T – Tone (Nada suara)

Ahli bahasa menggunakan “prosody” untuk merujuk pada kecepatan vokal, ritme, dan nada. Menurut Riess, prosodi menanamkan lapisan emosi ke kata yang diucapkan yang melampaui makna tunggal dari setiap kata.

H – Hear (Mendengar orang seutuhnya)

“Mendengarkan dengan empatik berarti memperhatikan orang lain, mengidentifikasi emosinya, dan merespons dengan belas kasih dan tanpa penilaian,” tulis Riess.

Misalnya, jangan bicara ketika kamu berada di “zona merah”. Ketika emosi memuncak dalam pertengkaran, mundur selangkah. Jangan menyela. Jangan mencocokkan emosi orang lain dengan mengangkat emosimu ke zona merah.

Y – Your Respons (Tanggapanmu)

“Melalui jaringan saraf berbagi, perasaanmu tentang orang lain dapat mengirimkan informasi yang sangat penting tentang bagaimana mereka mengalami apa yang kamu katakan dan lakukan,” menurut Riess.

Jika kamu marah atau tidak yakin pada diri sendiri, atau takut, emosi itu akan meninggalkan kesan pada orang lain dan berdampak pada kualitas komunikasimu. Perhatikan bagaimana perasaanmu karena itu merupakan sinyal bagaimana perasaan orang-orang di sekitarmu. *

Editor: Ade Irwansyah

Leave a Reply