Topcareer.id – Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), terbang antar benua tidak mungkin dilakukan bagi penumpang komersial hingga akhir tahun ini.
Alexandre de Juniac, direktur jenderal IATA, asosiasi perdagangan yang mewakili 290 maskapai penerbangan dan 82% dari lalu lintas udara global ini, mengatakan IATA telah melihat dua fase dari industri yang berusaha untuk menavigasi krisis virus corona.
“Empat minggu lalu, sektor ini dalam bencana yang lengkap, dengan visi dan pandangan yang sangat pesimistis tentang masa depan. Perusahaan penerbangan tidak berencana untuk kembali ke layanan dengan cepat,” kata de Juniac dalam laman CNBC.
Baca juga: Rekomendasi New Normal Industri Penerbangan, Menurut Perdospi
Namun, de Juniac mengatakan bahwa selama satu-dua minggu terakhir, sejumlah optimisme telah kembali ke industri, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat, ketika banyak negara mulai membuka kembali ekonomi mereka.
Menurut de Juniac, maskapai Eropa dan Amerika sekarang berencana untuk meningkatkan kapasitas lebih dari yang diharapkan.
IATA meramalkan bahwa penerbangan jarak pendek, misalnya antar negara-negara Eropa, kemungkinan akan dilakukan musim panas ini, tetapi dia menambahkan bahwa untuk penerbangan antarbenua, harus menunggu kuartal keempat.
Baca juga: Industri Penerbangan Global Diprediksi Baru Akan Kembali Normal pada 2023
Tahun terburuk dalam sejarah penerbangan
Terlepas dari prospek yang semakin optimis dari industri dan meningkatnya permintaan untuk pemesanan penerbangan, laporan terbaru IATA merinci gambaran suram untuk maskapai saat pandemi Covid-19 membebani.
Diterbitkan Selasa, prospek keuangan IATA untuk industri transportasi udara global mengatakan maskapai penerbangan diperkirakan akan kehilangan USD 84,3 miliar tahun ini.
“Secara finansial, 2020 menjadi tahun terburuk dalam sejarah penerbangan,” kata de Juniac dalam laporan itu.
Baca juga: Maskapai Penerbangan Jerman Satu Ini Rugi Besar karena Pandemi
Pendapatan di seluruh industri diprediksi turun 50% menjadi USD 419 miliar pada tahun 2020, menurut panduan, turun dari USD 838 miliar pada tahun 2019.
IATA mengatakan, pihaknya memperkirakan kerugian akan turun menjadi USD 15,8 miliar di tahun 2021, dengan pendapatan untuk tahun depan, yang diperkirakan akan mencapai USD 598 miliar.
Editor: Feby Ferdian