Topcareer.id – Facebook akan mulai melarang iklan yang menghalangi atau menghasut orang untuk divaksinasi, kata perusahaan media sosial itu, sambil terus mengumumkan kampanye informasi vaksin flu baru.
Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat itu mengatakan dalam sebuah posting blog pada hari Selasa (13/10) bahwa iklan yang mendukung undang-undang atau kebijakan pemerintah seputar vaksin, termasuk vaksin COVID-19, akan tetap diizinkan.
Facebook mengatakan akan mulai memberlakukan kebijakan baru dalam beberapa hari ke depan.
“Tujuan kami adalah membantu pesan tentang keamanan dan kemanjuran vaksin dalam menjangkau banyak orang, sambil melarang iklan dengan informasi yang salah yang dapat membahayakan upaya kesehatan masyarakat,” kata perusahaan itu.
Baca Juga: Menko: 30 Juta Vaksin Covid-19 Sudah Meluncur Ke Indonesia
Facebook, yang telah mendapat tekanan dari politisi dan kelompok kesehatan masyarakat untuk menindak konten anti-vaksin dan informasi yang salah di platformnya, mengatakan bahwa meskipun vaksin COVID-19 tidak akan tersedia untuk beberapa waktu, pandemi telah menyoroti pentingnya perilaku kesehatan preventif.
“Kami sudah tidak mengizinkan iklan dengan hoax vaksin yang telah diidentifikasi secara publik oleh organisasi kesehatan global terkemuka, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS,” tambahnya.
Facebook memang akan melarang iklan dengan informasi yang salah tentang vaksin, tetapi iklan yang menyatakan penolakan terhadap vaksin tetap diizinkan asalkan ada bukti fakta dan tidak berisi klaim palsu.
Sejak awal pandemi, rentetan informasi yang salah, teori konspirasi, rumor, dan mitos telah beredar seputar virus corona baru.
Sylvie Briand, direktur Department of Global Infectious Hazard Preparedness di WHO, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mitos seputar perawatan, obat-obatan dan vaksin “terkadang didorong oleh kepentingan komersial”.
“Sementara itu, informasi yang salah tentang metode intervensi seperti pelacakan kontak (contact tracing) dan pemakaian masker menciptakan kebingungan dan terkadang mengakibatkan ketidakpercayaan terhadap institusi, pemerintah, ilmuwan, dan sains.” katanya.**(RW)