Topcareer.id – Mungkin sebagian dari kita pernah dengar kalimat ini: “Jadi MC modal ngomong aja juga bisa.” Satu sisi, ada benarnya bahwa untuk menjadi MC yang utama adalah bisa berbicara di depan publik. Tapi sisi lainnya, itu pernyataan yang kurang tepat, karena butuh pendidikan formal untuk bisa jadi MC profesional.
Menurut MC dan public speaker, Harry Purnama, pendidikan formal untuk menjadi MC profesional itu terbagi menjadi dua. Yang pertama ada pendidikan formal di bangku perkuliahan, seperti pada jurusan ilmu komunikasi dan ilmu sosial.
Lalu yang kedua, pendidikan formal bisa didapat melalui jalur kursus dan pelatihan di mana ilmu dan praktik public speaking bisa diperoleh sekaligus.
“Sekarang sudah banyak diadain kok (kursus-kursus public speaking). Beberapa radio di Jakarta bahkan bikin sekolah public speaking untuk mengeluarkan bakat-bakat MC atau pembawa acara,” kata Harry kepada Topcareer.id pada Minggu (28/11/2021).
Jika di bangku perkuliahan, ilmu public speaking itu sendiri bisa diperoleh dalam pandangan yang luas, mulai dari ilmu komunikasi yang umum sampai ke hal spesifik. Namun, melalui jalur kursus, maka ilmu yang diperoleh berdasarkan praktik yang biasa dilakukan di lapangan.
Harry menuturkan, ilmu public speaking yang biasa dipelajari pada kursus atau pelatihan biasanya lebih kepada bagaimana cara berintonasi, bagaimana mengendalikan keramaian saat public speaking, hingga menghindari nervous.
Baca juga: 10 Orang Terkenal Yang Berhasil Ubah Kegagalan Jadi Kesuksesan (Bagian 1)
Namun, Harry mengatakan keduanya adalah hal penting. Menurutnya, kedua pendidikan formal itu saling mendukung satu sama lain, baik secara keilmuan mendasarnya sampai ke praktik pada lapangan.
Lantas, apa yang membedakan MC jebolan pendidikan formal dengan MC otodidak?
“Anggap saja kita akan terjun ke dunia pertempuran, orang-orang yang memiliki ilmu atau mereka yang memiliki background serta basic itu akan lebih pede (percaya diri) karena sudah punya senjatanya. Ketimbang orang yang nggak punya apa-apa, hanya bermodal pengalaman,” jawab laki-laki berlatar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi tersebut.
Ia menilai bahwa tidak semua pengalaman bisa dipraktikkan di setiap penyelenggaraan acara. Namun, ilmu dan teknik yang dipelajari dari praktisi secara langsung dan formal akan sangat berguna menunjang karier profesional seorang MC atau public speaker.
“Pengalaman di sebuah acara itu memang jadi pembelajaran yang bagus banget untuk seorang public speaker. Tapi pengalaman part by part itu akan berbeda dengan rangkaian acara sesungguhnya. Jadi sebenarnya pengalaman itu perlu, tapi tidak semua pengalaman itu bisa diaplikasikan di semua cara,” pungkas Harry.**(Feb)