Terkait 1.001 minuman tersebut merupakan standar internasional. “Setiap minuman basic-nya ada yang sama misal vodka, gyn, rum, semua takaran sama. Perbedaan di mana? Di gelas. Sebab tiapcocktail menggunakan jenis gelas berbeda-beda. Simpelnya apa yang masuk duluan itu basic-nya dulu. Perbedaannya bisa dari situ. 1.001 itu adalah jenis minuman yang berlaku di seluruh dunia. Di luar itu create tidak ada masalah. Seorang mixology harus hafal rasanya juga. Mixologymenciptakan minuman dari bahan yang tidak dikira orang. Semisal dari bahan non alkohol ke alkohol begitu juga sebaliknya.”
“Peluang mixology di Indonesia masih sangat besar. Apalagi dengan punya sertifikasi yang diakui internasional bisa menjadi modal besar buat persaingan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) ke depannya. Sayangnya di Indonesia belum ada sekolah khusus mixology. Kebanyakan tentang umum tidak ada yang langsung ke mixology atau bartender. Kalau barista banyak sekolahnya. Kalau mau mendalami itu keluar ya di Amerika.”
“Dulu waktu jaman gue sekolah mixology itu pada tahun 1997 biaya sekitar USD350. Kalau jadi mixology diluar pendapatannya besar. Dari tipsnya saja bisa lebih besar dari gaji. Gaji hitungannya per jam. Tapi disini masih dipandang sebelah mata.”
Selain kemampuan meracik minuman, kemampuan managerial dan menghitung cost dari satu minuman menjadi salah satu yang wajib dimiliki seorang mixology.
“Alkohol itu tidak murah. Semua itu ada nilainya tidak bisa sembarangan dituang. Tiap resep punya takaran masing-masing. Itu yang sering tidak disadari oleh kebanyakan bartender.”
“Jenjang karier dalam mixology terlebih yang tanpa sertifikasi berawal dari bar bag atau bar helper yang tugas potongin buah, siapin cuci gelas, siapin barang. Mesin blender disiapin. Tidak ada buat minuman. Pelan-pelan mereka juga harus belajar resep,” ujar Lawrence.