Dididik bak tentara
Roni Raisman, salah satu masinis Commuterline menceritakan sedikit ketika dirinya menjalani pendidikan di BPTP Sofyan Hadi. Berdasar pengalamannya, setelah calon masinis lolos rekrutmen, yang pertama ada yang namanya pendidikan bela negara.
“Jadi kami masuk ke markas tentara, pakai baju tentara, benar-benar dilatih seperti tentara baru masuk. Latihan di Kodam IV Diponegoro, Magelang,” papar Roni kepada
Dari pendidikan itu, kata Roni, bisa dilihat bahwa kesehatan fisik sangat penting bagi seorang masinis. Tentunya kesehatan dengan nilai A tersebut bakal berpengaruh dalam kinerja masinis nantinya di lapangan.
Setelah dididik bak tentara, para calon masinis ini kemudian belajar berbagai hal terkait perkeretaapian, khususnya untuk commuterline. Roni yang merupakan lulusan SMK elektronika Bandung ini mengaku banyak praktik yang dilakukan selama pendidikan menjadi seorang masinis.
Roni menyebut ada praktik ke lintasan kereta untuk mengenal semua stasiun yang ada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Praktik-praktik ke tiap stasiun ini, kata Roni, salah satu alasan training menjadi seorang masinis cukup memakan waktu lama.
“Lumayan membutuhkan waktu lama jadi benar-benar lintas ke mana pun siap sedia. (untuk hapal) stasiunnya, kilometer, letak-letak jalurnya, letak-letak sinyal, dipo-dipo semua se-Jabodetabek. Kemudian praktik dalam mengoperasikan, praktik sarana KRL juga harus paham.”
Nah, setelah pendidikan pasti ada yang namanya tes standar kelulusan. Kalau lulus, maka akan lanjut menjadi masinis. Kalau tidak lulus? Roni menjawab, peserta didik yang tidak lulus standar, gagal menjadi masinis.
Namun, bisa saja ada pilihan lain. Itu semua akan kembali lagi pada kebijakan pada bagian Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan. “Itu (yang tidak lulus standar) wewenangnya SDM. Tapi setahu saya, lulus semua kok. Karena strandar di awal juga sudah tinggi, baik dari psikotes atau kesehatan,” pungkas Roni.
Hm, tertarik jadi masinis? Biasanya, bila PT Kereta Api Indonesia (KAI) buka lowongan, ada pengumuman di website resmi atau spanduk-spanduk yang disebar di stasiun.*
Penulis: Hilda Ilmahil Arofah
Editor: Ade Irwansyah