Tergantung okupansi hotel
Ada kalanya waktu santai ketika tak banyak event terselenggara sehingga jam pulang bisa on-time. Namun, kata Septian hal itu jarang terjadi, apalagi untuk restoran di hotel ternama. Tingkat okupansi hotel juga akan berpengaruh, terlebih bila sampai 100 persen yang bikin jam kerja chef ikut bertambah.
Sistem kerja shift, lanjut Septian, tetap ada, namun jam kerja itu akan kembali lagi ke faktor seberapa ramai event yang ada dan seberapa banyak pelanggan yang datang.
“Banyak kerjaan kalau lagi ada event. Jadi okupansi tinggi atau lagi banyak event. Lebih para lagi kalau okupansi 100 persen, kemudian event-nya banyak. kalau kami yang pagi pulang jam segitu (malam hari), yang shift agak siang ya pulangnya lebih lama lagi,” ujar Septian yang pernah bekerja di .
Dengan jam kerja yang terbilang panjang dan padat itu, para chef ini tetap tak melewatkan kualitas dari makanan yang dimasaknya. Setiap proses dan langkah dalam memasak tak boleh ada yang dilewati, harus sesuai dengan standar.
“Yang kami masak bukan satu dua orang. Itu yang bikin kami kerja lama karena tetap menjaga kualitas, enggak boleh serabutan, enggak boleh asal jadi. Prosesnya harus berdasarkan step. Kalau stepnya a, b, c, ya diikuti, enggak bisa dilompati, harus ikuti step sesuai standar.”
Seiring dengan banyaknya jam kerja dan pelanggan, maka service charge yang dikenakan pun akan bertambah. Nah, secara otomatis ada tambahan pendapatan yang bakal diterima seorang chef. Karena seorang chef akan mendapatkan uang tambahan atau semacam insentif yang berasal dari sevice charge.