Topcareer.id – Favoritisme terjadi di mana-mana. Saat sekolah, kamu mungkin melihat ada murid yang jadi kesayangan guru karena ia pandai dan rajin. Di klub sepakbola atau basket, seorang pelatih punya pemain favorit karena si murid selalu berhasil mencetak gol. Favoritisme juga berlaku di dunia kerja.
Seorang atasan mungkin sekali punya bawahan yang jadi karyawan favoritnya, entah sang bos mengakuinya atau tidak. Si karyawan favorit ini memang selalu menunjukkan kinerja terbaik dibanding yang lain, cocok dengan si bos, atau semata ia pandai cari muka.
Apapun alasannya, favoritisme di dunia kerja bisa meresahkan. Terutama bila kamu bukan termasuk yang jadi karyawan favorit sang atasan.
Dampak favoritisme di kantor
Meski favoritisme di kantor terkadang sulit dibuktikan secara gamblang, namun indikasinya bisa dilihat apabila ada karyawan yang itu-itu melulu selalu diberi tanggung jawab lebih besar, ia lebih sering diajak berdiskusi oleh bos bila ada masalah, atau ia lebih sering dipuji dibanding anggota tim lain.
Favoritisme ini juga berdampak ketika masa naik jabatan dan promosi datang. Hasil studi Sekolah Bisnis McDonough di Universitas Georgetown menemukan para eksekutif senior yang disurvei (92 persen) mengatakan favoritisme berperan besar dalam pengangkatan jabatan dan promosi, termasuk di lingkungan perusahaan mereka (84 persen).
Kepada Careerbuilder, Elene Cafasso, presiden dan pendiri Enerpace Inc. Executive Coaching mengatakan, bila mendapati rekan kerja dapat promosi sedangkan kamu tidak segera cari tahu.
“Bicarakan dengan manajermu tentang rencana karier ke depan dan apa yang dibutuhkan untuk naik jabatan di kesempatan berikutnya,” ujar Cafasso.
“Apakah kamu perlu skill tambahan? Proyek yang berbeda? Kerjasama dengan tim lain? Diawasi orang yang lebih pengalaman? Kamu takkan tahu bila tak pernah tanya.”