Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, March 29, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Hasil Studi: Pemimpin Perempuan Tak Pantas Melucu di Kantor, Kenapa?

Topcareer.id Perempuan sebagai pempimpin sering serba salah. Ia mendapat penilaian buruk saat bertindak terlalu agresif di tempat kerja. Ia dikritik ketika dianggap terlalu dominan, memaksa, dan ambisius. Bahkan, menurut penelitian terbaru, pemimpin perempuan bisa dinilai mengecewakan jika terlihat lucu.

Dalam sebuah makalah yang akan datang dalam Journal of Applied Psychology, para peneliti di University of Arizona dan University of Colorado di Boulder menguji bagaimana humor dilihat saat hal itu datang dari para pemimpin laki-laki dan perempuan yang memberikan presentasi.

Ketika perempuan berhumor, studi menemukan, peserta lebih cenderung melihatnya sebagai “hal mengganggu” atau mengalihkan perhatian dari yang dipresentasikan. Sementara, lelucon yang dikeluarkan oleh laki-laki selama presentasi lebih cenderung dilihat sebagai “fungsional” atau membantu terhadap materi presentasi.

“Humor perempuan dinilai lebih disfungsional,” kata Jon Evans, salah satu peneliti yang ikut menulis makalah dikutip dari laman The Washington Post.

Intinya ada pada konteks. Para peneliti merancang penelitian eksperimental di mana masing-masing peserta menonton satu dari empat video manajer ritel (seseorang yang tidak mereka tahu) membuat presentasi penjualan toko.

Dalam dua video, “pemimpin” laki-laki dan perempuan menggunakan naskah tanpa humor; di dua lainnya mereka menggunakan lelucon tempat kerja.

Laki-laki yang berhumor digambarkan memiliki status lebih tinggi daripada laki-laki yang mempresentasikannya secara lurus. Tapi kebalikannya terjadi pada perempuan. Lelucon itu lebih cenderung membuat perempuan tampak kurang mampu sebagai pemimpin.

Dalam lingkungan profesional, penelitian telah menunjukkan bahwa laki-laki secara stereotip memiliki “hak pilihan” – yang berfokus pada tugas, rasional dan fokus pada pencapaian. Penelitian lain menunjukkan bahwa perempuan distereotipkan memiliki “agensi” yang lebih rendah.

“Ketika kami membentuk kesan tentang seorang individu, kami menggunakan banyak sumber informasi, dan ini saling mempengaruhi,” kata Evans.

Humor dapat diartikan sebagai hal yang baik atau buruk dalam pekerjaan – membantu meredakan ketegangan, mengatakan, atau mengalihkan perhatian dari pekerjaan nyata yang ada. “Jenis kelamin orang tersebut mempengaruhi bagaimana lelucon itu dilihat,” ujarnya. *

Editor: Ade Irwansyah

Leave a Reply