Topcareer.id – Meski meraih emas di ajang olimpiade tahun 1992, di mata sang pelatih, Liang Chiu Sia melihat sosok Susi Susanti tak ada sesuatu yang istimewa. Susi sama dengan murid lain yang digemblengnya.
Meski demikian, Chiu Sia menilai Susi Susanti adalah pemain bulu tangkis yang memiliki kemauan dan tekad yang kuat untuk juara. Sebagai pelatih yang mendampingi Susi sejak 1985, Chiu Sia paham betul karakter Susi.
“Kalau main sih, sama seperti yang lain. Pukulan juga sama. Tapi yang beda Susi itu memiliki kemauan dan tekad yang besar untuk juara. Susi kalau latihan tuh habis-habisan. Kemauannya lebih dari orang-orang lain. Yang lain gak bisa, dia harus bisa.” kenang Chiu Sia. Kemauan dan tekad itulah yang menurut Chiu Sia telah mengantar Susi Susanti sebagai juara dunia di nomor tunggal putri dan mempersembahkan emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Barcelona 1992.
Liang Chiu Sia juga bercerita bagaimana Susi dan murid-muridnya seperti Minarti Timur, Sarwendah Kusumawardhani, Yuni Kartika, dan Yuliani Santoso yang masih sangat muda harus menghabiskan waktunya untuk bulu tangkis. Latihan demi latihan harus mereka jalani dengan serius. Setiap hari Susi dan teman-temannya harus bangun pagi jam 5.00 wib untuk latihan.
“Sebelum berangkat sekolah, saya latih fisik mereka selama satu jam. Setelah itu mereka mandi dan berangkat sekolah. Pulang sekolah latihan lagi. Sehari bisa 5-6 jam setiap hari Senin-Sabtu” kata Chiu Sia kepada Topcareer.id saat ditemui di Pola Bugar, Kedoya, Jakarta, Selasa (24/9/2019)
Mantan atlet Tiongkok ini mengaku tak punya metode khusus saat melatih Susi dan teman-temannya. Yang terpenting adalah serius latihan. Sebagai mantan juara dunia, Chiu Sia tentu saja pernah menjalani proses latihan yang sama. Proses itulah yang kemudian ia terapkan ke anak didiknya sampai sekarang. Tiga latihan penting yang selalu diterapkan adalah latihan fisik, teknik dan mental.
“Metode yang saya rasa bagus ya saya terapkan. Yang penting adalah menguatkan kaki. Pemain bulu tangkis itu harus lincah, lentur, dan mesti cepat gerakannya.” jelasnya
Meski demikian, Liang Chiu Sia juga menyadari saat itu mereka masih anak-anak, sehingga kadang mereka ogah-ogahan. Namun ia pun tak pernah bosan untuk terus mengingatkan dan menumbuhkan kembali semangat dan rasa percaya diri mereka untuk meraih juara.
“Semua kan untuk masa depan mereka.” tegasnya.
Selepas dirinya keluar dari Pelatnas, prestasi tim putri Indonesia bisa dikatakan minim juara. Bahkan hingga kini satu-satunya atlet bulutangkis di nomor tunggal putri yang berhasil meraih emas di Olimpiade hanyalah Susi Susanti.