Topcareer.id – Pernahkah kamu pasang senyum palsu ketika di kantor? Mungkin sudah saatnya menanggalkan senyum palsu tersebut. Karena memalsukan emosi kita di tempat kerja dapat memiliki implikasi serius di hidup kita. Bagaimana jadinya jika terus-terusan memberi senyum palsu?
Para peneliti di University of Arizona menemukan bahwa berpura-pura bersikap positif dan terobsesi dengan membuat kesan yang baik di tempat kerja untuk memajukan karier, bukan hanya tak menguntungkan, tetapi juga bisa menyakiti.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Psychology ini dipimpin oleh Allison Gabriel dari University of Arizona, dan didukung oleh Joel Koopman (Universitas A&M Texas), Christopher Rosen (Universitas Arkansas), serta John Arnold dan Wayne Hochwarter dari Florida State University.
Untuk studi ini, para peneliti menyurvei lebih dari 2.500 orang dewasa yang bekerja di berbagai industri termasuk pendidikan, manufaktur, teknik, dan keuangan. Dari sana, mereka mempelajari dua jenis gaya emosi: akting dalam dan akting permukaan.
“Akting permukaan adalah memalsukan apa yang kamu tampilkan kepada orang lain. Di dalam hati, kamu mungkin kesal atau frustrasi, tetapi di luar, kamu mencoba yang terbaik untuk menjadi menyenangkan atau positif,” kata Gabriel.
“Sementara, si akting mendalam bahkan mencoba mengubah perasaan dari dalam. Saat kamu berakting dalam, kamu sebenarnya mencoba menyelaraskan perasaan dengan interaksi kamu.”
Baca juga: Awas, Tersenyum Bisa Membunuh Kesempatan Kerja!
Dengan menganalisis akting dalam dan akting permukaan, para peneliti membuat para peserta diurutkan menjadi empat kelompok berdasarkan reaksi mereka yang meliputi nonaktor, aktor rendah, aktor dalam, dan regulator.
“Yang ingin kami ketahui adalah apakah orang memilih untuk terlibat dalam regulasi emosi ketika berinteraksi dengan rekan kerja mereka, mengapa mereka memilih untuk mengatur emosi mereka jika tidak ada aturan formal yang mengharuskan mereka untuk melakukannya, dan apa manfaatnya, jika ada, mereka keluar dari upaya ini, “kata Gabriel.
Menurut Gabriel, hal utama yang dapat diambil adalah bahwa aktor yang dalam adalah mereka yang benar-benar berusaha untuk bersikap positif dengan rekan kerja mereka. Kebanyakan dari mereka melakukannya karena alasan prososial serta ingin menuai manfaat yang signifikan dari upaya ini.
Manfaat tersebut termasuk tingkat dukungan yang lebih tinggi dari rekan kerja, seperti mengelola beban kerja dan menawarkan saran. Aktor-aktor yang dalam juga ditemukan memiliki produksi yang tinggi untuk mendapatkan tujuan kerja lebih.
“Mungkin tersenyum hanya untuk keluar dari interaksi akan lebih mudah dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, itu akan merusak upaya untuk meningkatkan kesehatanmu dan hubungan yang kamu miliki di tempat kerja,” ujar Gabriel.