Topcareer.id – Kasus bunuh diri para pesohor terkadang membuat orang bertanya-tanya. Pasalnya, beberapa dari mereka sangat sukses dalam kariernya.
Dilansir dari forbes.com, Kamis (06/02/2020), pada 2002 silam, seorang psikolog klinis Paul Pearsall menerbitkan buku Toxic Success.
Argumennya sederhana, beberapa orang yang paling “sukses” mencapai kesuksesan mereka dengan cara yang tidak berkelanjutan, yang harus dibayar mahal untuk kesehatan, kesejahteraan, dan hubungan pribadi mereka. Mereka mungkin sangat sukses, tetapi mereka juga sangat tidak bahagia.
Bertahun-tahun kemudian, bahkan hingga sekarang, nasihat tentang toxic success dari Pearsall masih terdengar. Situasinya sekarang bahkan lebih relevan sekarang daripada ketika pertama kali bukunya terbit.
Baca juga: Begini Cara Mentor Membantu Kamu Menjadi Sukses
Orang yang menderita sindrom toxic success biasanya adalah orang yang telah mencapai level tertinggi tetapi tidak dapat merayakan pencapaian mereka.
Di posisi tersebut, mereka dibuat tertekan oleh tuntutan untuk kesuksesan yang lebih besar dan keinginan yang lebih beragam. Entah itu keinginan untuk memiliki rumah dan mobil mewah, atau berusaha mati-matian memiliki karier terbaik untuk dipamerkan
Hal ini semakin terpicu oleh media sosial yang membuat banyak orang berlomba-lomba untuk terlihat paling bahagia.
Alhasil, mereka pun terus menekan batas diri untuk bisa mencapai lebih banyak dan tidak pernah merasa puas. Inilah yang lantas dijuluki Pearsall sebagai “sindrom kesuksesan beracun.”
Terkait hal ini, pengendalian diri sangatlah penting. Kesuksesan ternyata bisa beracun apabila tidak diterima dalam keadaan yang siap.
Editor: Feby Ferdian