Topcareer.id – Shuttlecock atau kok badminton adalah “bola” yang digunakan dalam bulutangkis. Kok bulu tangkis istimewa dan berbeda dari olahraga raket lainnya, di mana biasanya bola berbentuk bundar digunakan sebagai proyektil.
Kok dibuat dari bulu angsa yang melekat pada dasar gabus bulat. Bulu-bulu ini membentuk kerucut terbuka yang stabil secara aerodinamis.
Dalam membuatnya harus memenuhi spesifikasi yang sangat konkret agar dapat diterima oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia sebagai shuttlecock yang sesuai standar.
Baca juga: Semangat Liang Chiu Sia untuk Terus Cetak Atlet Bulutangkis Berprestasi
Dilansir dari Thebadmintonguide.com, menurut WBF (World Badminton Federation), dimensi shuttlecock harus sebagai berikut:
- Badan kok harus memiliki panjang seragam antara 62 mm (2,5 inci) hingga 70 mm (2,75 inci) bila diukur dari ujung ke atas alas.
- Ujung badan kok harus terletak pada lingkaran dengan diameter dari 58 mm (2,3 inci) hingga 68 mm (2,7 inci).
- Tubuh kok harus diikat dengan kuat dengan benang atau bahan lain yang sesuai.
- Dasar kok harus berdiameter 25 mm (1 inci) hingga 28 mm (1,1 inci) dan dibulatkan di bagian bawah.
- Kok harus memiliki berat antara 4,74 dan 5,50 gram atau antara 0,17 dan 0,19 ons.
Ada dua jenis kok, yaitu kok bulu angsa dan kok bulu sintetis (plastik). Dari bahan apa pun membuatnya, karakteristik kok sintetis harus sama dengan yang diproduksi oleh kok berbulu alami.
Shuttlecock bulu angsa
Menggunakan 16 helai bulu. Bulu-bulu ini biasanya berasal dari sayap kiri angsa agar berputar arah sesuai arah jarum jam saat di-smash. Apabila menggunakan bulu dari sayap kanan angsa, saat di-smash kok akan berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan akan membingungkan pemain bulutangkis.
Baca juga: Review Susi Susanti: Love All, Bukan Film Biopik Biasa
Shuttlecock bulu sintetis
Walaupun menggunakan bulku sintetis atau buatan dari plastik, pengukuran dan berat harus seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Namun, karena perbedaan dalam gravitasi spesifik dan sifat-sifat lain dari bahan sintetis dibandingkan dengan bulu alami, toleransi hingga 10 persen perbedaan bisa diterima.
Modifikasi dalam spesifikasi pembuatan shuttlecock dapat dilakukan dengan persetujuan dari Asosiasi Anggota yang bersangkutan, di tempat-tempat di mana kondisi atmosfer karena ketinggian atau iklimnya membuat standar shuttlecock tidak cocok.
Jika membuat shuttlecock menggunakan bulu angsa dari kedua bagian sayapnya kanan dan kiri, akan menyebabkan shuttlecock kehilangan karakteristik putaran dan arahnya menjadi limbung saat shuttlecock di-smash. *
Editor: Ade Irwansyah