TopCareerID

Refleksi Diri: Berenanglah Dalam Kemampuanmu

Ilustrasi: Lifehack.org

Topcareer.id – “Lucky me, I am swimming in my ability,” komentar Hilman Hariwijaya, penulis yang terkenal dengan tokoh serial Lupus, dan kini menjadi penulis skenario. Ia mengomentari status Facebook teman kecil saya dulu yang kini juga menjadi penulis.

“Swimming in my ability,” kalimat itu seolah biasa saja, namun dalam maknanya, “Berendang dalam kemampuan saya,” yang berarti ia memang berkecimpung dalam dunia yang sangat ia kuasai.

Tidak semua orang mampu melakukannya. Bekerja di suatu bidang yang memang menjadi kompetensinya, menjadi passion, di mana ia sukai, cintai dan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup.

Hilman remaja adalah jurnalis freelance di sebuah majalah remaja, kemudian menulis serial Lupus, yang kemudian dibukukan, difilmkan, dan dibuat sinetron berserinya di sebuah TV swasta. Hilman dewasa kini menjadi seorang penulis skenario sinetron dan film.

Addie MS, komposer pemimpin dan pendiri Twilite Orchestra, mungkin tak akan mengalami “swimming in his ability” apabila ia tak bersikeras mengikuti keinginannya belajar piano klasik sejak kecil. Orangtuanya sempat menentang Addie kecil bermusik, sebab dianggap kurang menjanjikan.

Namun Addie pantang menyerah, ia belajar musik, baik secara formal maupun otodidak, demi membuktikan bahwa di bidang itulah ia bisa “berenang” dengan lancar. Menjadi arranger, produser musik sejumlah penyanyi kenamaan Indonesia, dan meraih aneka penghargaan bidang musik.

Kini Addie sudah membuktikan bahwa dirinya memang sungguh “swimming in my ability” seperti halnya Hilman.

Baca juga: Gambar Pertama Yang Kamu Lihat Bisa Ungkap Kepribadianmu

Ada banyak orang yang sudah sukses membuktikan bahwa dirinya memang mampu berkecimpung di bidang yang menjadi kompetensinya.

Tidak semua orang mampu, sebab lebih banyak orang terpaksa berkecimpung di dunia yang bukan dunianya. Mereka yang mampu membuktikan bahwa dirinya cukup kompeten di bidang yang digeluti selintas dikatakan sebagai orang yang beruntung.

“Ya, kamu beruntung bisa dapat kerja yang sesuai bidangmu, sedangkan saya tidak,” komentar beberapa orang. Tapi sesungguhnya bukan keberuntungan yang mereka nikmati, melainkan hasil dari suatu perjuangan. Tak sembarang orang dapat dipercaya bahwa ia memang cukup kompeten di bidangnya, butuh pembuktian, perjuangan, usaha, dan kerja keras untuk membuktikan bahwa dirinya memang mampu.

Addie MS tidak akan menjadi komposer ternama, Hilman tidak mungkin bisa menjadi penulis sukses, jika mereka ridak berusaha keras menunjukkan kompetensinya.

Bill Gates pun tidak langsung dipercaya orang sebagai programmer komputer andal seperti saat ini, jika tidak sejak muda ia berjuang mati-matian membuktikan bahwa dirinya mampu menciptakan terobosan-terobosan di bidang IT, bahkan sukses memimpin Microsoft.

Baca juga: Kuis: Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi, Apa Sudah Seimbang?

Seorang tellet di bank, bisa saja bekerja dengan terpaksa karena ia butuh uang, namun bisa jadi ia memang mencintai pekerjaan itu karena sesuai dengan apa yang ia sukai. Demikian juga dengan reporter, fotografer, public relations, dokter, dosen, arsitek, pemusik, akuntan, dan banyak lagi profesi lain.

Mereka memilih profesi tersebut bisa karena terpaksa, karena tak ada pilihan lain, atau karena mereka memang menyukainya.

Yang memilih profesi karena ia menyukainya, biasanya akan menjalankan dengan sepenuh hati, sungguh-sungguh, tanpa beban.

Sementara yang memilih suatu profesi karena terpaksa, cenderung menjalankan pekerjaannya dengan tidak ikhlas, sering mengeluh, mudah frustasi, bahkan berpikir untuk segera mengakhirinya. Tak ada kata terlambat untuk berbalik arah, sebelum semakin terperosok dalam suatu bidang yang tidak disukai atau dikuasai.

Meskipun untuk berbalik arah ini kamu perlu keberanian, sebab tak sembarang orang dapat melakukannya, tapi sekali kamu mampu beralih ke bidang yang kamu sukai dan mengejar ketertinggalan, bahkan kemudian memimpin, maka dunia akan menjadi milik kamu.

“Find a job you love, and you will never work a day in your life (pilihlah pekerjaan yang kamu sukai, maka kamu tidak akan perlu bekerja lagi sepanjang sisa hidupmu),” kata Confusius.

Baca juga: 3 Sifat Air Yang Harus Kamu Miliki untuk Raih Sukses

“Jadi, apakah kamu mencintai pekerjaanmu?”

Jika jawabannya adalah tidak, maka perlu dipertanyakan apakah kamu harus berbalik arah, atau berusaha mencintai pekerjaan kamu. Ya, tak ada kata terlambat untuk menemukan cinta, termasuk cinta pada pekerjaan.

Catatan: artikel ini ditulis oleh Merry Magdalena dan dimuat di majalah Topcareer edisi November 2011 dengan judul “Swimming in My Ability.”

Exit mobile version