Topcareer.id – Kapan terakhir kamu merasa bersyukur atas hidup yang tengah dijalani saat ini?
Mungkin pekerjaan yang kamu lakukan saat ini bukan impian kamu. Atau, mungkin kompensasinya masih jauh dari harapan. Tapi, apa dengan begitu kamu tak layak bersyukur? Tengok orang lain. Mungkin ada yang punya pekerjaan impian atau gaji besar, namun saat ini tengah dapat cobaan lain.
Untuk itu kamu perlu tetap bersyukur. Penelitian yang dilakukan Robert Emmons menunjukkan manfaat mengekspresikan apresiasi dan rasa syukur.
Dalam studinya beberapa tahun silam, Robert menyebut orang-orang yang menulis rasa syukur dalam jurnalnya setiap minggu punya kecenderungan lebih optimistis, lebih sedikit bermasalah dalam hal fisik, dan lebih banyak melakukan latihan fisik.
Hasil ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat banyak agama yang mempraktekkan rasa syukur sebagai salah satu kebiasaan yang baik.
Baca juga: Teknologi Pangkas Tenaga Kerja, Budaya Kerja dan Organisasi
Dengan manfaat positif yang disebut Robert, mengapa tidak berlatih mengucap rasa syukur mulai sekarang?
Berikut 5 saran yang diberikan Jonathan Kaplan, PhD, pendiri Urban Mindfulness sekaligus Direktur Program Manajemen Stres di American Institute for Cognitive Therapy, New York City.
Pertama. Pertimbangkan apa yang layak kamu syukuri sepanjang tahun lalu
Tuliskan 10 hal sambil melengkapi kalimat “Saya merasa bersyukur atas …”. Apa pun yang ada dalam daftar kamu, tidak harus sesuatu yang besar. Hal-hal remeh kadang kala terabaikan.
Tak usah bersyukur atas keberadaan dunia tempat kamu hidup, namun ada baiknya kalimat kamu merefleksikan apa yang benar-benar dirasakan, bukan yang semestinya dirasakan. Mungkin kamu butuh waktu untuk merenung sebelum benar-benar memutuskan apakah yang nanti dituliskan itu layak atau tidak.
Kedua. Berbagi rasa syukur bersama teman dan kerabat
Luangkan waktu untuk mendiskusikan apa-apa saja yang patut disyukuri tahun lalu bersama kerabat dan teman-teman. Berbagi rasa seperti ini bukan hanya makin mengakrabkan, tapi juga menjadi saat-saat berharga karena adanya ungkapan apresiasi secara langsung. Percaya atau tidak, ungkapan yang diucapkan di hadapan orangnya, akan terasa lebih bermakna.
Baca langkah ketiga-kelima di halaman berikutnya>>
Ketiga. Pikirkan siapa saja yang telah mendukung kamu hingga sampai di titik ini
Coba ingat, siapa saja yang telah membantu, mengasihi, dan memberi dukungan pada kamu selama ini? Kirimkan ucapan terima kasih, apakah itu dalam bentuk doa atau mengungkapkannya secara langsung. Hal yang lumrah jika keluarga termasuk orang-orang terdekat yang mendukung selama ini. Jadi jangan pernah melupakan keluarga, merekalah orang-orang terpenting yang akan selalu terikat dengan kamu.
Keempat. Pertimbangkan lagi amarah atau penyesalan yang ditujukan pada anggota keluarga
Namanya keluarga, wajar jika hubungannya seperti roller-coaster, naik turun. Dan karena masih ada ikatan keluarga, tidak jarang jika sesuatu yang positif dianggap angin lalu.
Sebaliknya ada kecenderungan untuk lebih fokus pada semua ketidakadilan yang dirasakan. Artinya hanya sedikit memberikan apresiasi. Sudahi berpikir “Kan sudah seharusnya dia begitu sebagai anak sulung” atau “Sudah dari sananya orangtua bertindak begitu terhadap anak-anaknya” dan banyak lagi.
Coba saja ingat, berapa kali kamu bertengkar atau beradu argumen dengan orangtua? Dulu, kamu melihat tindakan mereka seperti menghalangi pertumbuhan emosional kamu sebagai remaja. Padahal mereka sudah mencoba melakukan yang terbaik, mengendalikan dan membesarkan keluarga dengan segala kesulitannya.
Walau hasilnya tidak sempurna, ada yang bisa kamu apresiasi bahkan patut disyukuri. Mungkin ada yang mereka korbankan demi kebahagiaan anak-anak.
Daripada mengingat saat-saat seru bertengkar, mendingan coba cari tahu cara-cara seperti apa saja yang dilakukan keluarga untuk membahagiakan kamu dan lupakan hal-hal buruk yang pernah ada. Bagaimana pun, mereka adalah keluarga kamu.
Kelima. Bantu orang lain
Tawarkan diri untuk membantu di dapur, menyiapkan meja (sebelum makan), atau bahkan mencuci piring. Kalaupun kamu tak punya pembicaraan menyentuh apalagi mengharukan dengan segenap anggota keluarga, tetap ada sesuatu yang berarti mana kala kamu menunjukkan rasa syukur melalui tindakan dan perilaku.
Apa pun yang kamu lakukan, berikan dengan ikhlas tanpa pamrih. Lakukan karena kamu ingin melakukannya dan itu berarti bagi kamu.*