Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Wednesday, April 24, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Teknologi Pangkas Tenaga Kerja, Budaya Kerja dan Organisasi

Dok. The Hindu Business Line

Topcareer.id – Tantangan tenaga kerja di era revolusi industri 4.0 kini tak hanya soal lapangan kerja, melainkan bagaimana meningkatkan skill dan kemampuan sehingga tak mudah digantikan oleh robot.

Mckinsey Global Institute pada tahun 2017 memprediksikan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, teknologi akan memangkas pekerja di bidang finance. Termasuk pekerjaan yang bersifat interaksi dengan konsumen. Sekitar 400 hingga 800 juta pekerja akan digantikan oleh otomasi.

“Kompetensi-kompetensi yang saat ini ada di banking dan life insurance, nanti akan terdefinisi ulang. Karena pekerjaan interaksi dengan nasabah yang bersifat repetitif seperti teler, customer service telah digantikan oleh mesin, robot atau chatbot.” kata Senior HR, Wahyu Wibowo saat di temui Topcareer.id di kantornya di bilangan Jakarta Selatan.

Meski banyak pekerjaan terpangkas akibat teknologi, namun tak sedikit pula pekerjaan baru tercipta berkat lahirnya teknologi.

“Pekerjaan yang berkaitan dengan analitik dan intuisi adalah pekerjaan yang tak mungkin tergeser oleh mesin.”tegas Wahyu Wibowo.

“Ada pula satu pekerjaan yang hybrid, yakni menggabungkan antara kompetensi manusia dengan unsur otomasi di dalamnya. Oleh karena itu ke depan terdapat 3 jenis pekerjaan yakni, fully outomated, hybrid, dan fully human.”jelas Wahyu.

Budaya Kerja dan Organisasi Turut Berubah

Tak hanya berpengaruh pada tenaga kerja, lebih lanjut Wahyu menjelaskan kehadiran internet of things (IOT) pun turut memberi dampak pada budaya kerja serta organisasi.

“Para milenial misalnya sekarang memiliki cara bekerja yang juga berbeda, yang agile. Manajemen juga agile. Pekerjaan tidak akan strike pada job description tertentu tetapi pada suatu minat. Mereka akan lebih meminta satu worklife balance, dimana outputnya akan lebih di-drive pada output kelompok. Sementara culture juga akan lebih cepat, lebih transparan, fleksibel dan lebih akurat.”tutur pria yang telah berprofesi sebagai HR di beberapa perusahaan selama 26 tahun.

Oleh karena bisnis berubah maka organisasi ke depan juga turut mengalami perubahan.

“Organisasi tidak akan banyak yang hierarki tapi lebih banyak agile organisasi, dimana karyawan bekerja dalam kelompok. Sehingga semua orang akan dipantau sesuai dengan kontribusi masing-masing dalam kelompok tersebut, sudah tidak pakai lagi KPI tapi dengan OKR (Objective Key Result).

the authorRetno Wulandari

Leave a Reply