Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 26, 2024
redaksi@topcareer.id
Lifestyle

Supercar Lamborghini Dibuat dengan Tangan di Pabriknya

Pabrik mobil Lamborghini. (dok. ABC News)

Topcareer.id – Tahukah kamu bahwa proses membuat supercar Lamborghini sangat sedikit menggunakan bantuan robot?

Lamborghini dibuat menggunakan teknik pengerjaan penuh seni yang terasah dan terukur menggunakan tangan manusia.

Dilansir dari laman Digitaltrends.com, Kamis (19/3/2020), pabrik Lamborghini berada di Sant’Agata Bolognese, Italia. Sebuah kota kecil yang terletak sekitar 20 mil dari Bologna, dan sangat dekat dari Maranello, tempat saingan lamanya Ferrari bermarkas.

Sementara Maranello diubah menjadi semacam lokasi wisata Ferrari untuk menarik turis, Sant’Agata tetap otentik klasik selama bertahun-tahun.

Baca juga: 5 Tanda Mobil Pernah Terendam Banjir

Karyawan Lamborghini bekerja dari pukul 8 pagi hingga 5 sore dari Senin hingga Jumat. Dan tidak ada jam lembur bagi karyawan. Mereka semua harus sudah pulang tepat jam 5 sore.

Proses pembuatan

Bagian paling mengesankan pada pabrik Lamborghini adalah semua supercar Lamborghini dirakit menggunakan tangan manusia. Faktanya, hanya ada dua robot di seluruh pabrik, yaitu sebuah mesin untuk menurunkan body ke jalur perakitan dan sebuah rotisserie yang mengubah posisi mobil terbalik ketika dibutuhkan.

Body dan panel mobil saat tiba di pabrik sudah melalui pra-pengecatan dan dibungkus dengan lembaran plastik pelindung.

Untuk body supercar Lamborghini Huracan dibuat oleh perusahaan induk Audi di Neckarsulm, Jerman. Dan body supercar Lamborghini Aventador dibuat oleh perusahaan Italia bernama Imperiale yang menugaskan satu pekerja untuk satu mobil demi konsistensi.

Pengecatan body pun dilakukan hanya oleh satu orang pekerja yang sama untuk menjaga kualitas pengecatan. Body akan di cek ulang oleh seorang pakar warna. Jika ada bagian yang warna nya tidak tepat atau belang, maka body harus dicat kembali. Pengecatan bisa dilakukan beberapa kali sampai mendapatkan hasil warna yang sempurna tanpa cacat.

Dari awal hingga selesai, Aventador menghabiskan 18 jam pada 12 stasiun perakitan, sementara Huracan menghabiskan 15 jam 20 menit di 23 stasiun perakitan.

Setiap supercar dibangun pada jalur perakitan terpisah, dan layar monitor yang terpampang di atas setiap stasiun kerja melacak berapa lama mobil itu akan berada di sana, sehingga membantu pekerja mengatur waktu mereka dengan lebih efisien.

Lamborghini tidak memiliki workshop untuk pembuatan mesin khas 10 dan 12 silindernya. Semua diproduksi oleh pemasok luar dan dikirim ke pabrik lalu dirakit manual seluruhnya dengan tangan dan diuji langsung pada bagian perakitan.

Untuk bagian interior seperti kursi, sandaran lutut, dan panel pintu. Ada stan khusus yang mampu mereplikasi beragam kondisi pencahayaan yang berbeda untuk membantu memastikan panel berlapis kulit dan Alcantara yang menyatu untuk membuat interior memiliki warna yang senada dan harmonis. Bagian interior hanya dikirim ke jalur perakitan untuk dipasang setelah mereka lulus dari stan ini.

Ketika sebuah supercar selesai ia harus melalui tiga putaran pengujian akhir sebelum dikirim ke pemilik barunya.

Babak pertama melibatkan penggunaan laser dan kamera untuk memeriksa bahwa setiap bagian (termasuk cutting body yang terkait dengan suspensi dan panel bodi) harus presisi.

Langkah kedua terdiri dari menjalankan tes mobil dengan “Dyno” (treadmill khusus untuk kendaraan) selama 40 menit dengan kecepatan 180 km/jam untuk memastikan semua komponen mekanis dalam keadaan baik. Sejatinya supercar Lamborghini sanggup berlari dengan kecepatan di atas 300 km/jam, namun untuk Dyno test 180 Km/jam sudah cukup.

Langkah terakhir adalah test drive hingga kecepatan penuh di jalanan umum sekitar pabrik yang sepi, indah dan asri. Setiap penduduk setempat dari segala usia sering menonton setiap kali “Banteng Liar” yang bernapas dengan api ini berlari melintasi jalanan sekitar mereka. *

Editor: Ade Irwansyah

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply