TopCareerID

Biaya Denda Ngebut Termahal Berlaku di Negara Ini

wikipedia

Topcareer.id – Di Finlandia denda untuk tilang akibat melanggar batas kecepatan kendaraan dikaitkan dengan gaji pengendaranya.

Semakin besar gaji pengemudi yang melanggar aturan batas kecepatan, maka akan semakin besar jumlah denda yang akan mereka terima.

Pada tahun 2002, Anssi Vanjoki, mantan direktur Nokia, diperintahkan untuk membayar denda 116.000 euro (US$ 103.600) saat itu setelah ketahuan mengemudi dengan kecepatan 75 km/jam di zona 50 km/jam dengan sepeda motornya.

Dan pada 2015, pengusaha Finlandia Reima Kuisla didenda 54.000 euro (US$ 62.000) karena mengemudi lebih dari 50 km / jam di atas batas kecepatan 50 km / jam.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, 60 Juta Pekerja Di Eropa Dalam Ancaman

Swiss menggunakan sistem serupa, dan saat ini memegang rekor dunia untuk tiket tilang. Rekor dipegang oleh salah seorsang pengendara yang melanggar aturan batas kecepatan di Swedia pada tahun 2010 dan tertangkap mengemudi pada kecepatan 290km / jam. Dia didenda 3.600 franc Swiss per hari selama 300 hari – sekitar 1.080.000 franc Swiss (US$ 1.091.340) secara total.

Inggris memperkenalkan hukuman ngebut yang lebih keras pada tahun 2017. Pengemudi dapat didenda hingga 175% dari pendapatan mingguan mereka, tergantung pada beratnya pelanggaran. Namun, jumlah tersebut dibatasi pada angka maksimal £ 2.500 (US$ 3.310).

Sementara negara-negara Eropa memimpin dalam denda ngebut termahal, mereka juga memimpin dalam hukuman menyita mobil, dan memenjarakan pengemudinya juga.

Prancis, Finlandia, Spanyol, dan Jerman semuanya memiliki undang-undang yang dapat mengirim pelanggar aturan lalu lintas ke sel penjara.

Baca Juga: Finlandia Kembali Menjadi Negara Paling Bahagia Di Dunia

WHO memperkirakan bahwa kecelakaan lalu lintas jalan secara global akan meningkat karena semakin banyak orang di negara maju dan berkembang yang menjadi pemilik mobil. Pendekatan inovatif untuk mendorong mengemudi yang baik dan mengurangi kecepatan akan sangat penting jika Agenda 2030 yang baru diadopsi untuk Pembangunan Berkelanjutan adalah untuk memenuhi target ambisiusnya yaitu mengurangi separuh jumlah kematian dan cedera global akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2020. *(RW)

Exit mobile version