Topcareer.id – Siapa pemeran ayah terbaik di televisi? Jika ada yang membuat pemeringkatan seperti itu, Adi Kurdi yang memerankan karakter Abah di sinetron Keluarga Cemara wajib masuk 10 besar.
Jika ternyata cuma masuk 5 nama, Adi Kurdi juga mesti masuk tiga besar. Bila pilihannya cuma dua pun, salah satunya haruslah nama Adi Kurdi. Satunya lagi boleh siapa saja.
Jumat (8/5/2020) siang pukul 11.31 WIB, Adi Kurdi meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhir di RS Pusat Otak Nasional, Jakarta akibat penyumbatan otak.
Semula, Keluarga Cemara adalah cerpen di majalah Hai pada 1980-an yang ditulis Arswendo Atmowiloto, pemimpin redaksinya kala itu yang juga pengarang produktif. Sukses di Hai, ceritanya kemudian dibukukan dan laris.
Baca juga: Alasan Didi Kempot (1966-2020) Jadi `Godfather of Broken Heart` Kaum Milenial
Menginjak 1990-an, ketika perfilman nasional mati suri dan sinetron mulai booming, Keluarga Cemara diangkat ke layar gelas. Arswendo pula yang menulis, memproduksi, dan menjadi penasihat produksi sekaligus.
Dari catatan arsip tabloid Bintang Indonesia, Keluarga Cemara tayang perdana di minggu kedua Oktober 1996, setiap Minggu pukul 9 pagi di RCTI. Keluarga Cemara era 1990-an disutradarai Eduard Pesta Sirait.
Abah yang baik dan bijaksana
Kisahnya menceritakan sebuah keluarga yang terdiri dari Abah (Adi Kurdi), Emak (Novia Kolopaking kemudian Anneke Putri serta Lia Waroka), dengan tiga anak perempuan yang manis-manis, Euis (Cheria Agustina), Cemara atau Ara (Annisa Fujiyanti) serta Agil (Puji Lestari), yang terpaksa pindah ke kota kecil.
Setelah pindah ke kota kecil, Abah ingin keluarganya bisa melupakan masa jayanya dan menempuh hidup baru sebagai keluarga miskin. Untuk menyambung hidup, Abah bekerja apa saja asal halal (paling sering sih kita melihatnya jadi penarik becak). Emak berjualan kue opak. Euis sebagai anak paling gede, membantu dengan menjajakan kue opak di terminal.
Baca juga: Mengenang Arief Budiman (1941-2020), Bukan Sekadar Kakak Soe Hok-Gie
Meski hidup sederhana, Abah dan Emak selalu menenamkan pentingnya pendidikan kejujuran dalam keluarga. Abah digambarkan sebagai kepala keluarga yang hangat, sabar dan penuh teladan bagi istri dan ketiga anaknya.
Meski sering dijahati orang lain, Abah selalu sabar dan tabah. Begitu juga sikap yang ditanamkan pada ketiga anaknya. Di tengah gempuran sinetron yang menjual mimpi, begitu kata banyak orang, Keluarga Cemara memberikan warna baru. Pendeknya, Keluarga Cemara replika keluarga ideal yang penuh sayang meski hidup serba pas-pasan.
Bila pemeran Emak berganti-ganti hingga tiga kali, pemeran Abah tetap dipegang Adi Kurdi. Mungkin lantaran ia dinilai begitu pas memerankannya. Wajahnya kebapakan nan sejuk. Adem dilihat. Tanpa perlu berakting maksimal, ia sudah memperlihatkan akting jempolan.
Perjalanan karier Adi Kurdi
Tentu saja itu buah bertahun-tahun Adi menekuni profesi sebagai aktor. Laman filmindonesia.or.id mencatat ia telah main film layar lebar sejak 1980 lewat Gadis Penakluk. Terhitung 23 film ia bintangi sejak tahun itu, antara lain RA Kartini (1982), Surat untuk Bidadari (1992), hingga yang teranyar Koki-koki Cilik (2018), dan yang peredarannya tertunda gara-gara pandemi corona, Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah (2020).
Sepanjang kariernya, Adi beberapa kali masuk nominasi Piala Citra FFI. Pada tahun 1981, saat baru pertama main film, ia malah mendapat penghargaan khusus berupa Medali Emas PARFI untuk pendatang baru yang mempunyai harapan.
Sepuluh tahun sebelum main film pertamanya, sekitar tahun 1970, ia mulai bergabung dengan Bengkel Teater pimpinan Rendra. Meski telah main sejumlah film layar lebar, bidang teater tidak pernah dia tinggalkan. Ia tetap dipandang sebagai salah satu pemain teater yang kuat. Tahun 1996 ia muncul dengan banyak pujian dalam Monolog Adi Andojo.
Baca juga: Mengenang Ciputra, Begawan Properti Indonesia (1931-2019)
Salah satu bukti keaktoran Adi adalah film Surat untuk Bidadari (1991) karya Garin Nugroho. Awal 1990-an, Garin tengah menapaki karier sebagai sutradara avant-garde Indonesia. Gayanya bertutur berbeda dengan sutradara Indonesia lainnya. Di film berlatar Sumba itu, Garin mengawinkan budaya pop dengan tradisi lokal masyarakat sana. Adi kebagian peran sebagai Kuda Liar, seorang gangster lokal pemuja Elvis Presley. Di buku Katalog Film Indonesia permainannya yang baik di film itu dapat pujian.
Di alam baka sana, Adi mungkin akan bertemu Arswendo Atmowiloto, pencipta Keluarga Cemara yang meninggal dunia Juli tahun lalu. Keduanya mungkin mengobrol ngalor-ngidul diselingi tawa. Tidak ada lagi rasa sakit.
Selamat jalan, Abah Adi Kurdi. Sampaikan salam buat Mas Wendo di sana. * Bahan dari berbagai sumber