Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 26, 2024
redaksi@topcareer.id
Sosok

Alasan Didi Kempot (1966-2020) Jadi `Godfather of Broken Heart` Kaum Milenial

Didi Kempot. (dok. Media Indonesia)

Topcareer.id – Didi Kempot yang meninggal dunia di usia 53 tahun pada Selasa (5/5/2020) adalah sebuah anomali jagat hiburan kita.

Popularitasnya yang meroket setahunan terakhir menjungkirbalik hukum di dunia hiburan. Untuk jadi populer di kalangan anak muda, mereka yang biasa disebut milenial dan Gen Z, ternyata tak perlu berwajah ganteng, cantik, maupun menyanyikan lagu pop.

Jenis lagu campursari berbahasa Jawa dinyanyikan seorang penyanyi berwajah biasa saja, berambut gondrong dengan blangkon, berusia kepala lima ternyata mengena di hati penggemar usia 20-an ke bawah. Bahkan sang biduan dijuluki Godfather of Broken Heart alias Bapak Patah Hati Nasional. Kok, bisa?

Anak-anak muda yang menyukai lagu campursari bisa dibilang fenomena baru. Campursari selama ini populer di kalangan orang-orang Jawa dan lekat dengan stigma “lagunya orang hajatan”.

Baca juga: Dari Nike Ardilla ke Mbah Surip Hingga Didi Kempot, Penyanyi Ini Meninggal Saat di Puncak Karier

Semula, Campursari, buat sejumlah milenial, dinilai tidak kekinian. Maka dari itu, hadirnya sad bois dan sad girls seakan menjadi negasi dari kubu milenial gaul. Setahunan terakhir nama Didi justru kian populer di kalangan ini.

Dikutip Kompas, Didi mengatakan, para penontonnya saat manggung di Taman Balekambang, Solo, Juni 2019 tampak berbeda dari penonton yang biasanya ia lihat. Ia menebak para penontonnya itu adalah “cah-cahpinter” (anak-anak pintar). Itu terlihat dari gaya mereka yang tenang dan atentif saat menonton.

“Mukanya bersih-bersih dan masih polos-polos,” kata Didi dikutip Kompas.

Baca juga: Sobat Ambyar Film, Kado Terakhir Didi Kempot untuk Fans

Nama Didi Kempot dikenal publik sebagai salah satu seniman campursari terbaik. Dia merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan Mbah Ranto.
Didi Kempot adalah juga adik kandung dari almarhum Mamiek Prakoso, pelawak senior Srimulat.

Karya-karyanya dikenal luas sekitar tahun 1990-an. Karyanya tidak hanya populer di Indonesia, tapi juga di Suriname dan Belanda. Saking populernya, ia selalu disambut setiap kali bertandang ke Suriname. Perdana menteri setempat pun tidak pernah absen menemui Didi.

Setahunan ini lagu-lagu Didi ditafsir ulang, dimengerti dengan kacamata anak muda masa kini. Mereka mengenal apa itu jatuh cinta, putus cinta, dan patah hati, seperti diungkapkan Didi Kempot dalam lagu-lagunya.

Baca juga: Tips Puasa bagi Gangguan Jantung Seperti yang Diidap Didi Kempot

Pada masa sulit seperti patah hati, yang diinginkan anak muda ialah berekspresi tanpa dihakimi. Nah, lagu-lagu Didi menyediakan itu semua. Misalnya lagu ”Cidro” yang artinya cedera atau ingkar atau cedera janji, yang bercerita tentang kekasih yang ingkar janji.

Wis sak mestine ati iki nelongso (Sudah semestinya hati ini nelangsa)/
Wong sing tak tresnani mblenjani janji (orang yang kucintai tak menepati janji)/
Opo ora eling naliko semono (apakah tidak ingat saat itu)/
Kebak kembang wangi jeroning dodo (penuh bunga wangi di dada).”

Atau lagi lagu ”Bojo Anyar” yang bisa diartikan sebagai pasangan atau kekasih baru:

Koyo ngene rasane wong kang nandang kangen (seperti inilah menanggung rindu)/
Rino wengi atiku rasane peteng (siang malam hatiku terasa gelap).”

Baca juga: Didi Kempot Tiada Sambil Meninggalkan Kebaikan, Donasi Konser Amal Rp7,5 M

Di Kompas pada Agustus tahun lalu, wartawan Frans Sartono menulis, rebranding Didi Kempot di kalangan milenial tumbuh dari bawah, dan menggelinding di dunia medsos.

Gelar Godfather of Broken Heart tidak lahir dari sebuah kesadaran dagang untuk mendongkrak nama atau popularitas Didi. Julukan itu semata muncul karena kecintaan audiens pada lagu-lagu Didi, terkhusus lagu bertema patah hati.

Pada titik itu kemudian, ini jadi gerakan massa non-politik dengan patah hati sebagai ideologinya. Rakyatnya disebut sobat ambyar, sad bois dan sad girls. * dari berbagai sumber

the authorAde Irwansyah

Leave a Reply